Seide.id -Untuk apa berbuat curang, sekali pun memiliki dunia, tapi jiwa binasa. Lebih baik kita bersikap jujur dan benar agar bahagia.
Umumnya, orang yang berbuat curang itu, karena ingin memperoleh materi secara mudah dan instan. Sehingga menghalalkan segala macam cara agar cepat kaya.
Padahal dengan berbuat curang itu, sesungguhnya kita mencuri rezeki dari keluarga sendiri. Karena kelak kita harus mengganti semua itu plus ‘bunga’ sebagai pertanggung-jawaban perilaku kita yang tidak terpuji.
Apakah kita sadar diri dan pahami, ketika berbuat curang berarti kita memenuhi kebutuhan keluarga dari uang yang tidak halal (haram)?
Coba dipikir dampak dan akibat yang bakal dipetik oleh keluarga. Bisa jadi, kita bakal kehilangan uang yang lebih besar, anggota keluarga yang jatuh sakit, musibah, dan sebagainya.
Sesungguhnya, apa dasar dan motivasi kita berbuat curang?
Apa pun alasannya, perbuatan curang itu salah dan tidak diridhoi Allah.
Karena tetangga lebih kaya, kita iri hati. Kita ‘dirongrong’ oleh keinginan sendiri untuk berbuat curang.
Jika ternyata mereka itu pesaing bisnis atau pesaing dalam pemilu/pilkada, kita ingin menghancurkan mereka dengan sejuta cara. Yang penting kita menang dan kaya raya.
Sesungguhnya, ketika hati dipenuhi ambisi jahat berarti kita meliarkan harimau atau penyakit yang mematikan itu di hati sendiri. Kita jadi gelap mata untuk menyakiti dan menghancurkan orang lain.
Alangkah bijak, setiap kali keinginan buruk, jahat, atau hal negatif itu muncul di pikiran, kita segera mengendalikan hal itu. Caranya adalah, kita selalu membiasakan diri untuk berpikir positif.
Dengan membiasakan diri berpikir positif, kita menjauhi dan menolak perbuatan jahat. Sehingga kita tidak mudah kecewa, sakit hati, dan terluka. Jiwa kita pun jadi sehat.
Dengan berpikir, berkata, dan bertindak benar berarti kita menolak perbuatan jahat dan dosa.
Selalu berpikir positif untuk hidup bahagia.
Mas Redjo / Red -Joss