Seide.id -Disadari atau tidak, kita gampang menyalahkan keadaan atau orang lain agar memahami kita. Padahal musibah itu terjadi, karena abai, cuwek, dan akibat kesembronoan sendiri.
Faktanya kita sering meremehkan hal-hal sepele, tapi tidak berpikir akibat dan dampaknya yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
Contoh, kita menyepelekan genting rumah yang pecah. Jika tidak segera diganti, ketika hujan dan bocor, air itu bakal merusak kayu. Karena lapuk, atap rumah pun ambruk, dan membahayakan jiwa penghuninya.
Begitu pula, jika kita membuang sampah di selokan sehingga saluran jadi mampat. Selain tampak kumuh, berbau, sumber penyakit, dan banjir ketika hujan lebat.
Sesungguhnya banyak contoh yang tampak sepele, tapi berakibat fatal. Konyolnya, ketika terjadi musibah, kita mudah menyalahkan keadaan, orang lain, dan cepat melupakan peristiwa itu.
Gara-gara hujan deras, akibatkan banjir. Membuang putung rokok sembarangan, lalu terjadi kebakaran. Atau ngesen ke kanan, tapi motor belok ke kiri, sehingga terjadi tabrakan.
Sesungguhnya, pengalaman atau peristiwa pahit itu mengajar kita untuk melihat hikmahnya. Kita tidak boleh sembrono dan menyalahkan orang lain, tapi agar kita ‘eling lan waspada’. Tujuannya agar kita berlaku tertib, teliti, dan hati-hati. Karena semua itu demi kebaikan bersama.
Dengan melihat hikmah pada setiap peristiwa, kita diajak berbenah dan perbaiki diri agar tidak mengulang-ulang kekonyolan yang sama dan mudah menyalahkan orang lain. Tapi untuk hidup baik, dan makin baik lagi.
Alangkah bijak, ketimbang kita minta dipahami, lebih baik kita memahami orang lain.
Dengan mendulukan kepentingan dan memahami orang lain, kita belajar mengalahkan ego sendiri untuk sabar, tabah, dan rendah hati.
Selalu melihat hikmah dalam setiap peristiwa, karena hidup itu hikmat.
…
Mas Redjo/ Red-Joss