ibu rumahtangga di Jerman belanja di supermarket. Harga kebutuhan sehari hari semakin naik. Foto DW
DAMPAK perang di Ukraina dan sanksi terhadap Rusia mulai terasa. Konsumen di Jerman merasakan kenaikan biaya hidup. Pada bulan Maret, tingkat inflasi Jerman mencapai level tertinggi sejak 1981. Pemerintah Jerman ingin segera mengembargo batubara Rusia, tetapi masih memperdebatkan pelarangan impor gas dan minyak dari Rusia.
Rusia adalah produsen gandum terbesar di dunia. Karena larangan ekspor dari Rusia, harga roti sekarang naik di banyak tempat, termasuk di Turki. Sanksi internasional telah mengganggu rantai pasokan.
Ukraina juga merupakan salah satu dari lima pengekspor gandum terbesar di dunia, tetapi perang dengan Rusia membuat mereka tidak dapat mengirimkan barang dari pelabuhannya di Laut Hitam.
Warga di Skotlandia juga memprotes kenaikan harga makanan dan energi. Di seluruh Inggris, serikat pekerja telah mengorganisir demonstrasi untuk memprotes kenaikan biaya hidup. Brexit telah mengakibatkan kenaikan harga di banyak area kehidupan, dan perang di Ukraina makin memperburuk keadaan.
Warga Inggris punya alasan untuk khawatir terkait hidangan nasional tercinta mereka “fish and chips”. Sekitar 380 juta porsi goreng ikan dan kentang dikonsumsi di Inggris setiap tahun. Tetapi sanksi keras saat ini, berarti harga ikan putih dari Rusia, minyak goreng dan energi, semuanya melonjak naik. Pada Februari 2022, tingkat inflasi Inggris mencapai 6,2%.
Dampak perang Rusia Ukrania juga menaikkan harga gandum di Irak. Karena kedua negara tersebut menyumbang setidaknya 30% dari perdagangan gandum dunia. Irak tetap netral sejauh ini, tetapi poster-poster pro-Putin sekarang telah dilarang di negara itu.
Di benua Afrika, warga Kenya juga merasakan dampak perang di Ukraina. Bahan bakar kian mahal, dan pasokannya terbatas, belum lagi krisis pangan. Duta Besar Kenya untuk PBB Martin Kimani dalam sidang Dewan Keamanan menyatakan keprihatinannya, dan membandingkan situasi di Ukraina timur dengan perubahan yang terjadi di Afrika setelah berakhirnya era kolonial.
Sedangkan di Amerika Latin, para demonstran bentrok dengan polisi di ibukota Peru, Lima. Mereka memprotes kenaikan harga pangan, satu di antara rangkaian kenaikan harga. Krisis semakin diperburuk dengan adanya perang di Ukraina. Presiden Peru, Pedro Castillo memberlakukan jam malam dan keadaan darurat untuk sementara. Tapi jika peraturan tersebut dicabut, protes akan terus berlanjut.
Di Indonesia, dengan adanya perang Rusia-Ukraina, secara tidak langsung juga berdampak ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Ekonom Universitas Gajah Mada (UGM) Eddy Junarsin mengatakan, perang tersebut memberi dampak yang cukup serius kepada Indonesia. Hal ini karena efek globalilasi. Diperkirakan olehnya, saat ini harganya sudah tembus lebih dari 100 dollar AS per barel. APBN Indonesia sendiri mengasumsikan nilai per barel minyak di angka sekitar 60-65 dollar AS. Dengan diembargonya Rusia, dapat dipastikan harga minyak akan meroket. Untuk setiap peningkatan harga 1 barel itu bengkak subsidi sama kompensasi BBM, ujarnya. (DW/dms)