Dana Dou Dompu – Tanah Orang Dompu

Joki cilik berpacu tanpa asuransi – Foto Heryus Saputro Samhudi

Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI

JULI 2017, saya menerima beasiswa Program Sastrawan Berkarya 2017 yang digelar Badan Bahasa Kemendikbud (kini Kemendikbud-Ristek) RI. Difasilitasi negara, saya dikirim ke wilayah 3T (Tertinggal, Terluar, Terpencil) Indonesia dan tinggal selama 21 hari di Kabupaten Dompu (diapit Kabupaten Bima di sebelah timur dan Kabupaten Sumbawa di sebelah barat) di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.

Saya tak sendiri. Peserta Sastrawan Berkarya 2017 lainnya adalah Dino Umahuk (ditugaskan ke Bengkayang, Kalimantan Barat), Fanny Jonathans Poyk (Morotai, Maluku Utara), Jamal Rahman Iroth (Kepulauan Natuna, Kepulauan Riau), Rama Prambudhi Dimikara (Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat), dan Tjahjono Widijanto ke Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.

Program ini digelar Badan Bahasa sejak tahun 2016, diikuti F. Rahardi yang dikirim ke Merauke, Papua; Linda Christanty (Halmahera Barat, Maluku Utara); Okky Madasari (Belu, Flores,NTT); Ni Made Purnamasari (Nunukan, Kalimantan Utara); dan Wayan Jengki ke Sabang, Aceh. Selain ke daerah 3T, Sastrawan Berkarya 2016 juga dikirim ke luar negeri, yakni Ashari Aiyub yang ditugaskan ke Meksiko.

Di wilayah tugas kami sama diminta merekam ragam persoalan yang ada, khususnya masalah-masalah menyangkut sosial-budaya, pariwisata dan lingkungan hidup. Balik ke Jakarta kami sama diminta menulis buku, yang Badan Bahasa menyebutnya ‘catatan jurnalisme sastrawi’ Sastrawan Berkarya. Dari penugasan itu saya menulis buku bertajuk Dana Dou Dompu yang berarti Tanah Orang Dompu.

Bersama semua karya peserta Program Pengiriman Sastrawan Berkarya 2016 & 2017, buku Dana Dou Dompu diluncurkan dalam upacara budaya berkait kebahasaan di Kemendikbud RI di Senayan Jakarta, dan kemudian dibedah dalam sebuah sesi khusus di ajang Musyawarah Nasional Sastrawan Indonesia (MUNSI) 2017 yang berlangsung di sebuah hotel di Ancol Jakarta.

Tak jelas, berapa eksemplar buku tiap peserta diterbitkan Badan Bahasa yang saat itu masih bernama Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ada yang bilang, masing-masing hanya dicetak 400 eksemplar, dan disebarluaskan Badan Bahasa secara gratis kepada berbagai pihak terkait, termasuk 1 (satu) eksemplar nomor bukti buku Dana Dou Dompu untuk saya.

Danau Pulau Satonda, Mick Jagger & Lady Di pernah ke sini – Foto Cakti Prawirabishma.

Melalui surat-menyurat dengan saya, dan lalu difasilitasi Badan Bahasa Kemendikbud RI, Pemerintah Daerah Kabupaten Dompu (dengan dana APBD tahun 2017) ikut mencetak buku Dana Dou Dompu sebanyak (ada yang bilang) 3000 eksemplar. Dalam tempo singkat, buku itu ludes diserap pembaca di Dompu. “Banyak yang masih ingin punya dan baca, Oom,” ucap Muhammad Ridho Iradat, Ketua Makka Dana Dompu – himpunan kawula muda untuk kemajuan budaya Dompu.

“Ingin punya! Ingin baca! Dimana bisa beli?” Begitu pertanyaan-pertanyaan yang saya terima sepanjang kurun waktu 4 tahun terakhir ini. Pertanyaaan yang saya tak tahu bagaimana saya harus menjawabnya, karena saya cuma menyimpan 1 (satu) eksemplar nomor bukti buku tercetak, dan copy dummy naskah yang saya ajukan sebelum Badan Bahasa Kemendikbud RI mencetaknya.

Sementara itu, Badan Bahasa (kini) Kemendikbud-Ristek RI (bisa jadi) tak akan lagi memperbanyak atau mencetak ulang buku Dana Dou Dompu. “Tak tertutup kemungkinan pihak lain menerbitkan ulang buku karya saudara peserta Program Sastrawan Berkarya 2016 dan 2017, dengan tetap mencantumkan nama Badan Bahasa sebagai instansi yang membidani kehadiran buku-buku ini.”

Dummy dan buku tercetak Dana Dou Dompu – Foto Heryus Saputro Samhudi

Begitu pernyataan Prof. Dr. Dadang Kusnendar, Ketua Badan Bahasa Kemendikbud RI, kepada hadirin peserta MUNSI 2017. Pernyataan menggembirakan yang juga diulang (kepada para sastrawan peserta Program Sastrawan Berkarya 2016 dan 2017) di ajang yang sama oleh Prof Dr. Gufran A. Ibrahim. ‘arsitek’ penerbitan sekaligus Ketua Pusat Pembinaan Badan Bahasa Kemendikbud RI saat itu.

Saya tak tahu, kapan ada pihak berkenan menerbitkan ulang buku Dana Dou Dompu. Tapi menunggu kesempatan itu, sekaligus untuk memenuhi rasa penasaran para sahabat, apa salahnya saya ketik ulang bagian-bagian  isi buku, mengedit, merevisi dan menambah apa yang ada, mengimbuhinya dengan foto-foto (simpanan) yang lebih representatif, mewartakannya di edisi-edisi mendatang seide.id. Semoga berkenan. ***

05/08/2021 Pk 12:12 WIB

Avatar photo

About Heryus Saputro

Penjelajah Indonesia, jurnalis anggota PWI Jakarta, penyair dan penulis buku dan masalah-masalah sosial budaya, pariwisata dan lingkungan hidup Wartawan Femina 1985 - 2010. Menerima 16 peeghargaan menulis, termasuk 4 hadiah jurnalistik PWI Jaya - ADINEGORO. Sudah menilis sendiri 9 buah buku.