Dandangan: Tradisi Kebudayaan Kudus Menyambut Ramadhan

Seide.id – Dandangan merupakan tradisi menyambut bulan Ramadhan oleh masyarakat  Kudus yang sudah dimulai sejak zaman pemerintahan Sunan Kudus.

Dalam kamus antropologi, tradisi secara definisi dipahami seperti halnya dengan istilah adat istiadat yaitu kebiasaan yang bersifat magis religius dari kehidupan suatu penduduk asli yang meliputi nilai-nilai budaya, norma-norma, hukum dan aturan-aturan yang saling berkaitan, dan kemudian menjadi suatu sistem atau peraturan yang sudah mantap serta mencakup segala konsepsi sistem budaya dari suatu kebudayaan untuk mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidupan sosial.

Tradisi merupakan salah satu unsur dari suatu kebudayaan.

Budaya dalam pandangan Stanley J Baran memiliki satu tujuan yaitu sebagai alat bantu untuk mengkategorikan dan mengklasifikan pengalaman.

Budaya juga membantu dalam proses mendefinisikan diri, dunia, dan tempat kita didalamnya.

Tradisi sendiri banyak jenisnya, salah satunya yaitu tradisi ritual agama.

Di Kudus, terdapat tradisi keagamaan yang bernama “Dandangan”. Tradisi Dandangan sendiri merupakan sebuah tradisi yang bertujuan untuk menyambut bulan suci Ramadhan.

Sejarah Dandangan

Istilah “Dandangan” diduga berasal dari suara bedug yang jika ditabuh pada bagian tengahnya menghasilkan bunyi “dang dang dang” dan jika ditabuh pada bagian pinggir akan berbunyi “dung dung dung”.

Penabuhan bedug tersebut menjadi tanda dimulainya bulan suci Ramadhan sehingga dikenal dengan istilah Dandangan.

Tradisi ini diperkirakan dimulai sejak tahun 1549 Masehi.

Dandangan jika ditinjau dari aspek antropologi merupakan suatu tradisi yang terbentuk oleh perilaku sosial.

George Ritzer menyatakan bahwa paradigma interaksi sosial memusatkan perhatiannya pada hubungan antar individu dan lingkungannya yang terdiri atas bermacam-macam obyek sosial dan non sosial sehingga menghasilkan akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan yang nenimbulkan perubahan terhadap tingkah laku.

Dandangan sebagai tradisi budaya telah memiliki pola yang teratur atau jika dalam istilah sejarah yaitu merupakan unsur kontinuitas atau kesinambungan pada suatu peristiwa.

Jika ditinjau dari aspek ekonomi, Dandangan merupakan suatu momentum yang dianggap sebagai pembuka jalan bagi kebangkitan perekonomian masyarakat kelas menengah ke bawah.

Dandangan yang pada awal sejarah hanya dimaknai sebagai penabuhan bedug kini berkembang menjadi sebuah aktivitas ekonomi berupa pasar rakyat yang berlangsung selama satu bulan menjelang bulan Ramadhan.

Dandangan menjadi sentra perniagaan yang menjajakan benda-benda kerajinan lokal seperti gerabah tanah liat sebagai mainan anak, produk busana dan lain sebagainya.

Oleh: Khoirunnis Salamah