Penderita delusi, sering memiliki tatapan mata yang kosong. Sulit membedakan antara realita dan khayalan. Dalam hal perempuan yang menerobos halaman istana, bisa jadi serang ibu lugu yang terlalu lama dicekokin agama untuk melakukan sesuatu- dalam hal ini mengubah dasar negara Pancasila menjadi Islam, dengan hadiah surga yang penuh emas permata, (Foto: Tribune)
Seorang perempuan bercadar, nekad menerobos halaman Istana Negara. Dari balik jilbabnya, Siti Elina (25) mengeluarkan sepucuk pistol jenis FN, menodongkannya pada Pasukan Pengawal Presiden yang sedang berjaga. Tentu saja dengan sangat mudah, ia bisa dibekuk. Perempuan ini tidak terlatih menjadi teroris ganas dan cerdas. Sebaliknya.
Tatapan Kosong
Perempuan ini tampak lemah. Matanya nanar. Kosong. Hampa. Saat ditangkap, ia kaget. Seperti tak tahu apa yang sedang terjadi atau tepatanya, apa yang sedang ia lakukan. Dilihat dari tatapan matanya, perempuan ini sepertinya mengalami delusi. Salah satu gangguan mental serius setelah lama dicekoki paham tertentu.
Menurut pengakuan, wanita ini menerima wangsit, untuk menemui presiden Jokowi dan menyatakan baha dasar Negara Republik Indonesia, Pancasila, keliru. Harusnya dasar negaranya adalah Islam. Wanita ini, selanjutnya mengatakan bahwa ia masuk neraka dan surga ( mungkin hilir mudik di sana), sehingga wangsit itu diterima agar dirinya bertindak.
Perempuan ini benar-benar mengalami delusi. Penyakit mental serius yang banyak diderita kau agama yang dicekoki paham tertentu.
Delusi, selain gangguan mental serius, salah satu cirinya adalah kesulitan untuk membedakan hal yang bersifat nyata dan imajinasi. Bisa jadi, sejak lama ia terindokstrinasi paham tertentu untuk memusuhi polisi, tentara, atau dalam hal ini mengubah dasar negara Pancasila menjadi Islam. Jika ia berhasil menemui presiden dengan membawa senjata, dan keinginannya tercapai, ia akan memeproleh hadiah masuk surga agar di sana, ia menjadi kaya raya di surga bermandikan perhiasan emas permata.
Sulit Membedakan kenyataan dan Khayalan
Kenyataan, di dunia, perempuan warga Koja, Jakarta Utara ini tampaknya sederhana, miskin layaknya orang-orang kampung yang tak memiliki pekerjaan apapun dan terlalu lama mendengarkan khotbah yang salah, sehingga ia memiliki imajinasi liar.
Penderita delusi seperti ini yang terlalu lama dijejali informasi tertentu dan terus-menerus, tak bisa membedakan mana yang benar , mana yang salah Ia tak bisa membedakan keadaan tidak nyata dan nyata. Bahkan ia sulit memebdakan surga dan dunia. Ia tetap memegang teguh keyakinan yang diterima sejak awal dan terus-menerus. Informasi yang sudah menjadi pikiran bawah sadar.
Dalam alam baah sadar yang ditanam terus-terusan ini, ia sering berkhayal dan sesegera mungkin mewujudkan khayalannya ( seperti pengakuannya); mengubah dasar negara Pancasila ke Islam.
Jika tak ditangani oleh seorang ahli, penderita delusi seperti ini akan sulit bergaul dengan orang sekitarnya. Hidupnya sering menyendiri, penuh rahasia dan ia merasa dirinya tersingkir.
Terlalu Lama Dicekoki Agama
Mengapa terjadi delusi ? Saya bukan hali untuk itu. Bisa jadi, ia terlalu sering dan banyak berimajinasi, melamun dan dicekoki hal-hal yang menyenangkan dirinya yang tengah dilanda susah. Biasanya agama memudahkan ia masuk dalam perangkap delusi seperti ini.
Misalnya. orang miskin, sendiri, susah, ketika dimasuki pikiran di otaknya bahwa dengan membunuh polisi, ia bisa masuk surga. Di sana ia bisa kaya raya karena segala emas perhiasan disediakan. Mau piih jodoh tinggal tunjuk. Orang yang berpikir pendek, dan tidak pintar, mudah terlena dan memiliki pikiran tinggi.
Pikiran yang berharap banyak seperti ini, menjerumuskan seseorang untuk cepat menajdi delusi.
Itu sebabnya ia melangkah membawa sepucuk pistol FN yang biasanya hanya dimiliki jaringan tertentu. Apalagi perempuan ini berpenampilan layaknya ibu rumahtangga biasa atau pembantu rumahtangga yang terlalu lama dijejali informasi sesat.
Kesimpulan
Orang-orang terlalu lugu, bodoh, kurang pengalaman, memiliki kedengkian terhadap sesuatu di luar dirinya, mudah dijadikan budak agama dari seseorang yang lebih pandai. Seperti kasus “ teroris” lugu di depan Istana Negaara ini, dengan pikiran kosong yang ada pada ibu yang tertangkap sebelum bisa menembakkan senjatanya.
Sementara master mind, pemberi senjata yang tidak umum. yakni dalangnya masih sembunyi di tempat gelap. Seorang pengecut seperti ini cukup mengorbankan orang lugu dan bodoh yang mudah dipengaruhi. Itulah kejahatan kemanusiaan yang sering tersembunyi atas nama agama.
Meski ini bukan peristiwa luar biasa, namun menunjukkan di luar sana, masih banyak saudara kita yang terpapar delusi akut….
Penangkapan Pengurus MUI Bukti Teroris Sudah Masuk ke Berbagai Lini