Seide.id – Lelaki muda itu memandang Paklik Sro yang tengah tersenyum ramah sambil menggoyangkan kepala ke arahnya.
“Ya, tidak begitu, Le. Demo nolak kenaikan bbm itu juga tidak ngaruh, apalagi agar harga bbm kembali ke semula.”
“Paklik tidak terdampak, sih. Karena semuanya, ada!” kata Ube. Paklik Sro bergelak.
“Lho, lho… Ya, tidak begitu. Semua orang pasti terdampak. Kenaikan bbm diikuti kenaikan harga barang lainnya itu hal yang wajar. Tapi hal itu bergantung kita untuk menyikapi dengan bijak. Jika beli barang, ya secukupnya dan sesuai kebutuhan.”
“Sama halnya dengan Paklik. Mesin mobil Paklik 1500cc, sehingga harus beli bbm harga mahal. Kini kalau tidak penting benar, ya, kita ngalah untuk naik motor atau angkot. Jadi kita menggunakan mobil kalau penting sekali.”
“Kini dunia tengah dilanda krisis energi dan pangan, Le. Kalau semua orang menuntut disubsidi, uangnya dari mana? Kalau hutang melulu, siapa yang bayar. Jika negara bangkrut, siapa yang bertanggung jawab? Sekiranya kau sudah berumah tangga dan beranak pinak, apa kau minta disubsidi terus sama orangtua? Lalu kapan kau mandirinya…”
“Prihatin mikirin dampak kenaikan harga bbm itu boleh, tapi kita harus realistis. Kita tidak harus demo, menuntut, dan ancam mengancam. Lebih baik, sampaikan aspirasi itu lewat koridor yang benar. Demo yang anarkis itu bikin jalanan jadi macet, dan itu merugikan banyak orang. Apakah ini juga bentuk keprihatinan? Bentuk keprihatinan itu dengan perbuatan nyata. Misal kita berbela rasa dan berbagi pada sesama. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.”
“Begitu pula, jika di suatu daerah sering terjadi bencana alam, tsunami, atau banjir. Apakah kita bertanya dan menuntut pada alam, kenapa terjadi di sini sedang di sana tidak terkena musibah?”
“Le, hasil tambang itu nantinya juga bakal habis, apa kita tidak peduli dan mencari sumber energi yang terbarukan? Dunia terus berputar, dan teknologi berkembang pesat. Apakah kau mau berubah untuk mengikutinya, atau diam dan ditinggal sendirian.”
Ube diam menekur tanpa sepatah kata.
“Le, kau harus berani belajar berpikir sehat agar tidak ikut-ikutan dan mudah dihasut. Kita harus berani belajar untuk mengalah dan memahami orang lain. Tapi, kita jangan pernah mengalah untuk menuruti kemauan sendiri.”
“Ketimbang menuntut orang lain untuk berubah, lebih baik kau berubah sendiri. Merubah pola pikir, perilaku, dan mohon pada Allah agar kita semua dijauhkan dari yang jahat.”
Ube diam, tapi ia melihat kebenaran kata-kata Paklik Sro. Kita tidak bisa mengubah kenyataan pahit, jika kita
mohon pertolongan Allah dan berusaha untuk berubah sendiri.
Kini ia menyadari, bahwa untuk memahami orang lain itu butuh kerendahan hati.
(Mas Redjo)
Lelah Karena Bekerja Itu Biasa, Bekerja Sambil Berkreasi Itu Hepi