Perubahan itu abadi. Begitu pula hidup kita. Ketika hidup ini makin baik, dan lebih baik lagi berarti kita lewati jalan yang benar. Sebaliknya, jika hidup kita stagnan alias mandek, atau alami kemunduran berarti ada yang salah untuk segera dibenahi dan diperbaiki.
Tidak ada kata terlambat untuk perbaiki diri, dan berubah jadi lebih baik. Yang penting perubahan itu harus segera ditindaklanjuti dan dieksekusi.
Resepnya sederhana, tapi untuk menjalaninya hal itu perlu kerja keras, komitmen, kontinyuitas, sabar, tabah, dan semangat rendah hati.
Apapun bidang usaha dan profesi yang ditekuni, ketika jalan di tempat alias mandek itu dipengaruhi oleh banyak faktor. Misal, cepat berpuas diri dengan hasilnya, nyaman, malas, apatis dengan masa depan, dan seterusnya.
Padahal, untuk perbaiki diri itu tidak sulit. Ketika kita mempunyai rasa memiliki dan tanggung jawab atas anugerah hidup ini pada Allah Yang Memberi.
Rasa memiliki, apakah itu mobil, hp, pekerjaan, atau rumah. Tanpa ada rasa memiliki untuk mensyukurinya, kita cenderung tidak peduli terhadap barang itu. Apalagi untuk merawat dengan baik. Akibatnya, barang itu cepat rusak, dan jadi rongsok. Sekiranya dijual, harganya jatuh, bahkan mungkin juga tidak laku.
Begitu pula dengan hidup ini. Ketika bersikap tidak peduli, masa bodoh, dan menyia-nyiakan anugerah hidup ini berarti kita melukai dan menyakiti hati Allah. Kita sungguh berdosa pada-Nya.
Rasa bersalah, sesal, dan berdosa ini semestinya jadi momen terbaik bagi kita untuk rekonsiliasi dengan Allah Yang Maha Pengasih & Penyayang. Semangat pertobatan ini semestinya memotivasi kita untuk terus berbenah, perbaiki diri, berubah, dan hidup makin bermakna.
Disadari dengan sadar sesadarnya, bahwa kita sesungguhnya sangat lemah dan mudah jatuh ke dalam jahat (dosa). Karena keMaharahiman Allah, IA tidak menghitung dosa kita. Karena kasih-Nya lebih besar dari murka-Nya.
Dengan dihidupi oleh semangat sesal untuk memperbaiki diri, kita menuju hidup yang makin lebih baik.
Kita tentu ingat waktu kecil, ketika kita belajar jalan hingga jatuh bangun. Orangtua terus memotivasi agar kita untuk melangkah dengan pasti, mantap, dan sukses.
Orangtua yang jahat pun ingin memberi yang baik pada anak-anaknya. Apalagi Allah Yang Mahabaik ingin memberikan yang terbaik pada kita agar seluruh makhluk ciptaan-Nya hidup bahagia.
Foto : Daniel Reche / Pixabay