“Ya, Allah, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang diperbuat.”
Doa ikhlas itu harus dimiliki oleh siapapun dan apapun profesinya. Dengan mengampuni dan mendoakan orang yang bersalah, berarti kita mendoakan diri sendiri. Hidup kita pun tanpa beban, dan ikhlas.
Dengan semangat ikhlas saya melayani pelanggan, apalagi pada pelanggan yang nakal saat hutangnya ditagih.
Bukan hal yang mudah untuk menghadapi pelanggan nakal itu, melainkan hal yang sulit. Umumnya mereka mbulet saat ditagih. Saya harus ekstra sabar, dan terkadang saya menyelipkan wejangan untuk mengedukasi dan mengubah pola pikir mereka.
Mengedukasi? Ya, mengedukasi! Dengan jalan lembut tapi tegas, dan penuh pengertian.
Sebagai contoh, pelanggan yang hutangnya sulit ditagih itu. Barang di toko kosong, berarti laku. Tapi alasan mereka, banyak uang yang nyangkut di agen. Meski hal itu tidak ada hubungan, tapi saya wajib mengingatkannya. Membayar hutang itu kewajibannya!
Kenyataannya, banyak pelanggan yang mencari pembenaran diri, mengulur waktu, atau sekadar janji. Lebih baik saya bertanya langsung niat dan kesanggupannya untuk membayar atau mencicil. Dari sorot mata dan gerak tubuh pelanggan itu, saya dapat menganalisa niat dan keseriusannya.
“Mohon maaf, ini nota Bapak. Jika Bapak ada rejeki, silakan transfer ke rekening saya di nota ini. Jika nota ini hilang dan kita tidak ada kontak lagi, silakan Bapak dermakan ke fakir miskin,” kata saya, ketika menemui jalan buntu. Saya meninggalkan nota itu untuk pulang.
Jangan bilang, saya meninggalkan nota asli karena saya banyak harta, atau orang kaya ala crazy rich, sehingga pelanggan tidak ditagih lagi.
Maaf! Alasan utama saya adalah saya tidak mau hidup ini dibebani hutang orang untuk menagihnya terus menerus. Untuk nyamperin itu belum tentu ada hasilnya. Apalagi sekadar dijanjiin dan ditinggal pergi. Saya rugi waktu, biaya, beban pikiran, dan sebagainya.
Selain itu, masalah yang dibiarkan berlarut-larut membuat beban pikiran ini makin berat dan sakit hati. Lebih parah lagi, saya bisa stres dan jatuh sakit.
Apakah kita tahu, karena beban pikiran itu menghambat datangnya rezeki juga?
Jelas, sangat-sangat menghambat. Ketika teringat besaran uang yang macet di pelanggan, kita jadi malas bekerja, menyesali diri, emosian, bahkan jika tidak kuat dan sabar, kita bisa nekat melakukan hal yang negatif.
Dari pengalaman orang yang terlibat hutang pun sama. Ketika kita mempersulit rezeki orang lain berarti kita mempersulit rezeki sendiri.
Hutang itu tampak sepele, tapi dibawa hingga mati. Karena kelak kita bakal ditagih di akherat.
Begitu pula, jika kita meminjamkan uang pada orang lain dengan tidak ikhlas. Hal itu juga jadi ganjalan di hati, dan jadi beban hidup.
Alangkah bijak, kita mengikhlaskan hutang itu. Caranya, kita doakan orang itu agar diampuni dosanya dan tidak jadi beban hidupnya.
Dengan mengampuni orang lain, dosa kita diampuni Allah.
Hidup tanpa beban itu membuka pintu rezeki, dan membahagiakan jiwa.
Foto : Fa Barboza / Unsplash