Devi Dja, Wanita Jawa Yang Menembus Hollywood

Seide.id – Lahir di Besuki tahun 1914, semasa kecil bernama Misri, kemudian berganti nama menjadi Sutidjah.

Gadis kecil itu senang menguntit kakeknya Pak Satiran, atau memegang ujung kebaya neneknya Bu Sriatun. Ketika mereka berkeliling, ngamen, dan memetik siter.

Setelah menginjak remaja dan naik panggung, ia bertemu dengan Willy Klimanov alias Piedra yang tertarik dengan Sutidjah, dan mengajaknya bermain di rombongannya yang kemudian dikenal dengan nama Dardanella. Mereka akhirnya jadi pasangan suami istri.

Dardanella adalah rombongan teater Indonesia pertama yang menyeberang ke luar negeri. Waktu berlayar ke Singapura, sebelum Perang Kemerdekaan, rombongan itu beranggotakan 150 orang. Di antaranya Tan Tjeng Bok, Hemy L. Duarte, Riboet II, Ataman, Subadi dan sebagainya. Jumlah yang besar sekali untuk hitungan saat itu.

Berkali-kali rombongan ini berganti nama, namun hanya Dardanella yang terkenal dan jadi buah bibir di masyarakat.

Menjelang Perang Dunia II, mereka mendarat di Cina, dan bermain di beberapa kota. Mereka lalu berlayar ke India. Di Ranggon, Devi Dja menari disaksikan Jawaharlal Nehru pada Mei 1937, sebagaimana tersimpan dalam tulisan pendeknya.

Melanjutkan perlawatannya ke sebelah Barat, dengan jumlah anggota yang rontok di tengah jalan, dan mengecil.
Dardanella main di Turki, di Paris, lalu ke Maroko, dan terakhir di Jerman.

Dengan kapal laut terakhir “Rotterdam” dari Belanda, mereka menuju ke Benua Amerika. Dan mendarat di New York dengan pemain yang tinggal sedikit, di antaranya Ferry Kock, Eddy Kock dan lainnya. Di sini rombongan berganti nama “Devi Dja’s Bali and Java Cultural Dancers”, dan manggung di beberapa tempat, antara lain di restoran-restoran.

Pengalaman Devi Dja di Dardanella sangat menarik. Bukan hanya pengalaman di atas panggung di pelbagai kota di Indonesia bagian Barat dan Timur, melainkan dengan langkah hidup mereka di dalam dunia panggung itu sendiri.

Ketika rombongan ini sedang bermain di luar negeri, terjadi percekcokan yang menyebabkan Devi Dja meninggalkan Dardanella dan memutuskan menetap di Amerika Serikat.

Hal ini justru memberikan kesempatan yang berharga, karena kontribusinya sebagai seniwati Indonesia dalam usahanya mengumpulkan dana bagi perjuangan revolusi fisik pasca kemerdekaan. Bersama-sama dengan The Indonesian Association di kota San Fansisco, Devi Dja dengan grupnya, mengadakan pertunjukan seni Indonesia yang hasilnya disumbangkan kepada perjuangan RI.

Setelah perceraian antara Devi Dja dan Piedra (yang meninggal di Amerika setelah mereka berpisah), Dja menikah dengan Acce Blue Eagle seorang Indian. Karena Acce tidak suka Devi Dja bergaul dengan sesama masyarakat Indonesia di Amerika, sehingga perceraian kembali terjadi. Ia lalu menikah lagi dengan Ali Hasan.

Pada waktu Devi Dja mendarat di Los Angeles, ia menari di depan Claudette Colbert yang takjub oleh gerak tangan dan kerling matanya. Ia hampir terpilih untuk mengambil peran dalam salah satu film produksi Hollywood, tapi gagal karena ia kurang fasih berbahasa Inggris. Oleh sebab itu, ketika anaknya Ratna tidak melanjutkan karirnya di dunia film Hollywood, setelah sempat main bersama bintang ternama Steve MacQueen dalam film Papillan, ia menggerutu dan sangat menyalahkan anaknya yang dianggap membuang kesempatan luar biasa itu.

Waktu Soekarno, dengan membawa anaknya, Guntur pergi ke Amerika, Devi Dja sempat menjemputnya. Oleh sebab itu, Devi Dja mendapat kesempatan pergi ke Indonesia, ia diterima Presiden Soekarno di Istana Negara. Soekarno sempat menganjurkan supaya Devi Dja meninggalkan kewarganegaraan Amerika, tapi halangan besar adalah nafkah hidupnya.

Di hati Devi Dja, tanah airnya tetaplah Indonesia, hal ini dibuktikan dengan berjuang terus memperkenalkan budaya Indonesia, dengan menari dan memperkenalkan makanan khas Indonesia. Ia sempat memimpin float Indonesia Holiday, dengan sponsor Union Oil dalam Rose Parade di Pasadena, 1970. Devi Dja adalah orang pertama Indonesia yang memimpin rombongan Indonesia dan turut serta dalam Rose Parade di Pasadena.

Bentuk lain pejuangan Devi Dja, waktu terjadi kehebohan “Perbudakan di Los Angeles”, ia tampil membela pemuda-pemudi Indonesia yang dirantai dihadapkan ke pengadilan Los Angeles. Atas pertolongan Devi Dja, Pruistin Tines Ramadhan (alm.) dari Konsulat RI-LA dan Joop Ave, yang saat itu menjabat Dirjen Protokol Konsuler di Deplu Pejambon, persoalan “budak-budak” ini terselesaikan dan tidak masuk bui.

Devi Dja adalah tipe pejuang yang lahir dari lapisan bawah yang memiliki kecintaan luar biasa pada tanah airnya. Dan ia meninggal di California, 19 Januari 1989 (74 tahun).

/ 18 November 2022
Sumber: Nederlands-Indie (Aisya Boniadi)

Wiratmoko

Avatar photo

About Y.P.B. Wiratmoko

Lahir di Ngawi, 5 April 1962. Purna PNS ( Guru< Dalang wayang Kulit, Seniman, Penyair, Komponis, penulis serta penulis cerita rakyat, artikel dan buku. Telah menulis 200 judul buku lintas bidang, termasuk sastra dan filsafat. Sekarang tinggal di dusun kecil pinggir hutan jati, RT 021, RW 03, Dusun Jatirejo, Desa Patalan, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur