Dewasa

Dulu ketika masih anak-anak atau menjelang remaja aku kerap tertawa-tawa jika bertandang ke rumah atau kamar seorang teman. Di kamar teman itu ada beberapa benda yang kerap kita lihat di tempat umum. Yang paling kerap terlihat adalah: rambu-rambu lalu lintas, sendal hotel atau penunjuk jalan terbuat dari alumunium.

Jika itu dilakukan atau dia memperoleh barang-barang itu entah dari mana,…yaah kita masih bisa memaklumi. Kata para psikolog, kadang anak-anak atau remaja memang belum sepenuhnya menyadari apa yang dilakukannya atau hanya iseng belaka.

Nah, jika orang-orang dewasa tak mengetahui atau tak menyadari dampak dari perbuatannya,…istilah apa yang paling pantas kita berikan kepada mereka?

Tempo hari ada berita. Beberapa lelaki dewasa melempar benda-benda dari atas jembatan (fly-over?) ke jalan raya di bawahnya. Meski tak memakan korban nyawa, tapi benda yang dilempar ke jalan raya di bawahnya itu sempat mengejutkan sopir beberapa kendaraan.

Ada yang reflex menghindar dan ada kaca depan kendaraan tertimpa benda yg dilempar itu. Beberapa mobil saling bertubrukan. Lalu-lintas sempat chaos beberapa saat, sampai datang polisi mengendalikannya.

Ketika beberapa pelakunya ditanya oleh wartawan tv, jawabanya sungguh membuat ngeri: “Cuma iseng”.

Orang dewasa melakukan sesuatu yang bisa menbahayakan bahkan mungkin menewaskan banyak orang, “cuma iseng”?!

Pernah kita mendengar berita ajaib lain. Beberapa ruas rel kereta api yang masih dipakai (jika tak terpakai, mungkin tak jadi berita) hilang dicuri. Ajaib. Karena, 1.Rel kereta api itu bukan suatu benda yg ringan untuk dicuri; 2.Mencurinya pasti membutuhkan waktu yang tak sebentar dan sangat mudah terlihat ketika membawanya; 3.Pasti akan susah untuk mencari pembeli atau penadahnya; 4.(Ini menyedihkan). Pelakunya mungkin tak mengerti bahwa yang dilakukannya bukan sekadar pencurian, tapi (menurutku) peristiwa itu adalah sabotase!…

Ada juga berita, benda-benda milik umum hilang dari jalan. Benda itu dirancang sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat membantu orang-orang yang berkebutuhan khusus. Benda itu hilang dicuri (pencurinya pasti bukan orang-orang berkebutuhan khusus) hanya beberapa hari setelah dipasang. Peristiwa ajaib ini terjadi disebuah kota-yang pernah mendapat julukan terhormat-“kota pelajar” (masih layakkah julukan itu?) Yogyakarta.

Pemberitahuan ajaib yang selalu dibacakan oleh crew penerbangan komersial pun mungkin hanya di Indonesia. Ketika dibuat, pengumuman itu awalnya pasti membuat malu dan membuat maskapai internasional bertanya-tanya.

Pengumuman itu berbunyi: “Dilarang keras membawa pulang peralatan pelampung keselamatan yang ada di bawah tempat duduk anda!”

Ini pengalaman pribadi. Aku pernah (ketika itu masih) merokok di bordes kereta api jurusan Tanjung Karang-Lampung menuju Kertapati-Palembang. Di bordes sudah ada 2 orang tentara Marinir muda sedang berbincang.

Setelah menyapa dan sekadar berbasa-basi, kami kembali ke kegiatan kami masing-masing. Aku merokok, mereka berbincang.

Tiba-tiba,…jdeeer,…bletaaak,…sebuah batu sebesar kelereng meluncur dari luar, menerobos kaca pintu bordes-yang memang sudah pecah-mengenai kepala salah-seorang Marinir yang sedang berbincang.

“Aduh,…sialan!” Cuma itu umpatan yang keluar dari si pemilik kepala.

Temannya bertanya:
“Itu batu langsung mengenai kepala kamu atau tektok dulu ke dinding?”
“Langsung!”
“Wuiiih,…kuat banget kepalamu?!”
Mereka berdua tertawa. Aku sebetulnya juga ingin tertawa, tapi sekuat tenaga kutahan…

Seorang gubernur yang sekarang presiden pernah bergurau tentang benda-benda milik umum. Waktu itu bangku-bangku taman cantik yang dipasang pemda di tempat umum sering hilang.

Katanya: “Mungkin sense of belonging penduduk kota ini begitu tinggi. Sehingga mereka merasa, barang-barang milik bersama boleh dibawa pulang..”

(Aries Tanjung)