Di Usia 97 Tahun, Mahathir Mohamad Maju Lagi sebagai Kandidat Perdana Menteri

Tun Mahathir Mohamad

Ambisi memimpin negara tak surut, meski sudah 97 tahun. Padahal Tun Mahathir Mohamad  pernah menduduki puncak kekuasaan selama hampir seperempat abad di Malaysia. Dia mencalonkan diri dalam pemilu pada Sabtu (19/11).

Seide.id  –  “Selama saya mampu bekerja, mampu berpartisipasi, saya pikir tugas saya membantu generasi baru untuk mengembalikan pemerintahan seperti sebelumnya yang menjadikan Malaysia disebut sebagai ‘macan Asia’. Demikian tanggapan Tun Mahathir Mohamad  mengapa dia bertarung lagi di Pemilu Malaysia.

Ini baru pertama kali dalam sejarah Malaysia sejak merdeka pada 1957. Tun Mahathir tetap populer baik di kalangan rival politik maupun pendukung, walaupun pengaruhnya mungkin berkurang. Tun Mahathir Mohamad masih tampak sehat, segar dan tajam pemikirannya,kata Rohmatin Bonasir, jurnalis BBC yang mewawancarainya.

Dalam wawancara di salah satu kantornya di Kuala Lumpur menjelang pemilu  terungkap motivasinya untuk tetap aktif di panggung politik, berkampanye di seluruh negeri guna mendukung calon-calon dari partai yang baru didirikannya, Partai Pejuang.

Di belakang meja, dia duduk dan membaca surat kabar. Stafnya menyediakan air minum di samping meja. Staf satu lagi mengambil remote control untuk menutup tirai. Mereka semua memanggilnya dengan sebutan Tun, gelar tertinggi yang diberikan langsung oleh raja Malaysia atas jasa-jasanya kepada bangsa dan negara.

Tun tampak sehat, segar dan murah senyum. Ketajamannya tak pudar dan sigap menjawab atau menangkis pertanyaan-pertanyaan – seperti biasanya.

“Selama saya mampu bekerja, mampu berpartisipasi, saya pikir tugas saya membantu generasi baru untuk mengembalikan pemerintahan seperti sebelumnya yang menjadikan Malaysia disebut sebagai ‘macan Asia’… begitulah  jawabannya atas pertanyaan apa yang hendak dicapai dengan maju bertanding dalam pemilu untuk mewakili daerah pemilihan Langkawi.

Mahathir berasalan pengalaman yang dimiliki olehnya serta oleh jajaran pemimpin partainya dapat digunakan untuk membangkitkan lagi kejayaan Malaysia.

Modal untuk mengembalikan kejayaan Malaysia, menurut Tun Mahathir, adalah pengalamannya memerintah selama 24 tahun secara komulatif. Seorang pemimpin yang mendominasi politik negaranya.

Periode pertama, dia memegang tampuk pemerintahan negara mulai 1981 hingga 2003 dengan dengan kendaraan Partai UMNO dengan koalisinya – Barisan Nasional.

Mahathir dikenal dengan juklukan Bapak Modernisasi Malaysia karena keberhasilannya mengubah negeri jiran dari negara pertanian menjadi negara perindustrian.

Masa pemerintahannya tak luput dari kritikan terkait dengan corak pemerintahan yang keras.

Sebagian orang menggambarkannya sebagai pemerintahan otokratik.  Akta Keselamatan Dalam Negeri (ISA), yang memungkinkan penahanan tanpa peradilan, dikeluhkan kerap disalahgunakan untuk membungkam para aktivis dan pemimpin oposisi.

Dia menyerahkan tongkat estafet kekuasaan kepada wakilnya Abdullah Ahmad Badawi pada tahun 2003.

Pada pemilu 2018, dia bergandengan tangan dengan koalisi oposisi Pakatan Harapan pimpinan Anwar Ibrahim, yang sebelumnya berseberangan.

Untuk pertama kalinya, oposisi berhasil mengalahkan koalisi Barisan Nasional. Lantas Mahathir dilantik menjadi perdana menteri. Ia tercatat sebagai pemimpin terpilih paling tua di dunia pada usia 92 tahun.

Tapi umur pemerintahan itu hanya 22 bulan karena pertikaian internal yang ramai diberitakan bersumber dari apa yang disebut “pengingkaran janji” penyerahan kursi perdana menteri dari Mahathir Mohamad ke Anwar Ibrahim.

Bagaimana kemungkinan Mahathir bekerja sama dengan musuh bebuyutan Anwar Ibrahim itu?

“Saya tidak mau bekerja sama dengan Anwar Ibrahim karena – bertentangan dengan pengakuannya, dia tidak suka saya,” tegasnya.

Namun demikian, ketua koalisi Pakatan Harapan Anwar Ibrahim telah menolak tawaran kerja sama Mahathir. Alasannya, keduanya berbeda prinsip dalam sejumlah hal, termasuk persyaratan menjadi perdana menteri hanya orang Melayu sedangkan Malaysia adalah negara majemuk.

Anwar sempat menjadi wakil perdana menteri di bawah Mahathir tapi diberhentikan pada 1998 sebelum dikenai dakwaan dan dipenjarakan dalam kasus sodomi dan korupsi.

Oleh koalisinya, Anwar, 75, dijagokan menjadi perdana menteri jika menang pemilu.

Di Malaysia sempat muncul wacana untuk membuat pembatasan usia maksimal calon anggota legislatif. Namun hingga kini belum terwujud dan politikus-politikus senior tetap mencalonkan diri.

Menurut Kepala Program Sains Politik, Universitas Kebangsaan Malaysia, DR. Muhamad Nadzri, kedua sosok itu masih relevan kendati mereka sudah lama bercokol di politik.

“Kedua tokoh ini walaupun sudah lama tapi masih mempunyai idealisme dan pengaruh yang sangat besar, khususnya Anwar Ibrahim. Kalau dibandingkan dari segi pengaruh, pengaruh Anwar lebih besar dari pengaruh Mahathir,” katanya.

“Keadaan Anwar Ibrahim masih populer, masih banyak orang yang mendambakan beliau, melihat ketokohannya. Kita tidak menafikkan kenyataan kepopulerannya tidaklah sehebat dulu,” kata DR. Muhamad Nadzri Hj. Mohamed Noor.

Ketika Malaysia menggalakkan transformasi dari masyarakat agraris ke industri di bawah komando PM Mahathir Mohamad, Indonesia diperintah oleh Presiden Soeharto.

Tun Mahathir Mohamad mengaku hubungannya dengan Presiden Soeharto lebih erat dibandingkan dengan presiden-presiden Indonesia zaman sekarang karena masa jabatan sudah dibatasi maksimal dua periode.

“Jadi peluang untuk kita merepat ke hubungan agak berkurang. Jadi kalau dibandingkan dengan Presiden Soeharto, saya memang lebih dekat dengan Presiden Soeharto”.

“Namun demikian saya sadar bahwa perubahan sudah berlaku di Indonesia hasil dari permulaan yang dibuat oleh Presiden Soeharto dan sekarang ini kita dapati bahwa Indonesia sudah dapat dimajukan lebih pesat dari Malaysia,” katanya kepada Rohmatin Bonasir dari BBC News Indonesia.

Tak sekadar bicara politik, Mahathir mengungkap apa resep spesialnya sehingga dia dan istri, Tun Siti Hasmah, 96, yang sama-sama mempunyai umur panjang, tampak sehat dan aktif beraktivitas.

“Kami mengikuti cara hidup yang sederhana. Tidak keterlaluan. Makan minum juga sederhana. Banyak orang yang ada sekarang ini hidup mewah mereka terlalu mewah dan mungkin cara hidup mereka agak ekstrem, terutama berkenaan dengan makanan.

“Mereka makan terlalu banyak, jadi gemuk dan itu lantas menyebabkan tekanan pada jantung mereka dan dengan itu mungkin mereka tidak sampai berumur lanjut.”

Selain itu,  faktor keberuntungan tidak mengalami penyakit yang menyebabkan kematian, seperti kanker yang belum ditemukan cara untuk menyembuhkannya.  “Kalau tidak sakit kanker, kita berpeluang untuk tahan lebih lama sampai tua,” pungkas Tun Mahathir Mohamad. (BBC/dms)

Avatar photo

About Supriyanto Martosuwito

Menjadi jurnalis di media perkotaan, sejak 1984, reporter hingga 1992, Redpel majalah/tabloid Film hingga 2002, Pemred majalah wanita Prodo, Pemred portal IndonesiaSelebriti.com. Sejak 2004, kembali ke Pos Kota grup, hingga 2020. Kini mengelola Seide.id.