Penulis Jlitheng
Pada Senin, 11 April 2022, di tengah waktu puasa Katolik dan puasa Ramadan bagi Muslim, laku nista terjadi. Kebrutalan keji itu berulang di Bumi Pertiwi, yang masih terus bersusah hati, terluka, dan dikoyak-koyak oleh sikap bebal dan jahat orang-orang upahan.
Korbannya kali ini bukan Ahok, melainkan Ade, Ade Armando, seorang dosen dan pegiat perjuangan akal sehat serta Ketua PIS, Pergerakan Indonesia untuk Semua. Ade dimaki, dicaci, dipukuli secara keji, dan ditelanjangi oleh orang-orang suruhan.
Peristiwa keji ini terjadi hanya tiga hari, menjelang Jumat Agung, ketika umat Katolik sedunia bersiap diri memperingati peristiwa keji 2.000 tahun yang lalu, yang menimpa Anak Muda asal Nazareth, namanya Yesus. Ia dicaci, dihina, diludahi, dipukuli, ditelanjangi, dirajam, dipaku di kayu Salib, dan ditombak lambung-Nya oleh orang-orang upahan.
Nong Darol Mahmada, Sekjen PIS (Pergerakan Indonesia untuk Semua), mengatakan:
“Ade Armando menderita luka serius di bagian wajah, kepala, dan sekujur badannya. Ada pendarahan dalam di bagian kepala. Beberapa kali Ade muntah dengan mengeluarkan darah.
Insiden ini bukan hal biasa. Ini sejenis ancaman bagi siapapun yang berusaha merawat akal sehat di Indonesia.”
Calm down. Mari kita bertanya diri, Mengapa orang-orang tertentu menyukai kekerasan?
Tentang pertanyaan itu, ada pendapat dari sahabatku sebagai berikut:
Orang-orang yang menyukai kekerasan atau menikmati adanya kekerasan terhadap orang lain, bisa jadi dalam ketaksadarannya ia mengalami kekurangan (lackness) berupa hilangnya harga diri akibat pengalaman traumatik masa lalu, dan memiliki hasrat (desire) tentang pemenuhan harga diri, namun pemenuhan itu ia peroleh melalui perasaan berkuasa dalam tindakan kekerasan atau perasaan puas menyaksikan kekerasan terhadap orang lain. Jika berlangsung dalam waktu yang lama, itu bisa menjadi neurosis, berupa ilusi tentang ancaman terhadap harga dirinya sehingga ia harus mempertahankannya melalui kekerasan terus menerus .
Puasa dapat membantu seseorang memerdekakan diri dari neurosis ini.
Semoga puasa membantu menyembuhkan luka yang ada dalam hati kita.
Salam sehat dan tekun berbagi cahaya dengan sesama.