Tanggung jawab itu ibarat kita kontrak rumah untuk ditempati dan ditinggali. Seberapa besar kita berasa memiliki rumah kontrakan itu untuk merawatnya seperti rumah sendiri.
Ada orang yang beranggapan, tanggung jawab itu sepenuhnya pada si pemilik rumah, sedang yang kontrak itu sekadar menyewa dan tidak bertanggung jawab terhadap segala kerusakan rumah selama menempati.
Apapun jawaban kita, mengungkap kepribadian kita yang sebenarnya.
Begitu pula dengan tubuh kita bagi jiwa. Tubuh adalah satu kesatuan dengan jiwa dan tidak bisa dipisahkan sebagai karya Allah Yang Maha Sempurna.
Hidup ini adalah anugerah Allah yang harus kita kelola dengan baik dan kita pertanggung-jawabkan kepada-Nya.
Ketika kita merasa memiliki hidup ini, kita tidak bakal menyia-nyiakan jiwa raga ini agar berguna dan bermakna bagi sesama.
Jiwa bertanggung jawab untuk merawat dan menjaga kesehatan tubuh agar tidak mencemarinya dengan kenikmatan dunia dan dosa.
Sebaliknya, ketika mata ini menyebabkan dosa (perzinahan), kita pun harus berani mencungkil mata itu, daripada kita dibuang ke dalam api neraka (Mat 18:9).
Sama seperti halnya, saat kita memperoleh kepercayaan dan tanggung jawab dari perusahaan untuk mengepalai suatu cabang, misalnya.
Ditunjuk untuk memimpin suatu cabang itu seharusnya menjadi tantangan bagi kita untuk ajang pembuktian diri, bahwa kita mampu dan layak dipercaya.
Bagaimana denganmu? (MR)
Dipercaya Melakukan Hal Yang Kecil Agar Kita Sukses Melakukan Hal Yang Besar