Kesalah-pahaman berawal, ketika kita tidak mau mengalah pada orang lain. Dari hal yang remeh-temeh, hingga kita berasa dijauhi, tidak diperhatikan, dianak-tirikan, bahkan berasa dikucilkan!
Padahal, kenyataan itu jauh berbeda dengan pikiran kita sendiri. Ketika kita mau melepas ego sendiri dan mau memahami orang lain. Hati ini tidak bakal kecewa, apalagi terluka.
Langkah yang utama adalah mengalah, mengalah, dan mengalah. Bukan berarti kita lemah, ringkih, atau cengeng. Sebaliknya, dengan mengalah kita menjadi kuat, tegar, kokoh, dan rendah hati.
Ego yang hidup dalam diri kita itu ibarat benalu. Subur tidaknya benalu itu bertumbuh, tergantung kita sendiri yang menanam dan mengembang-biakkan dalam pikiran.
Jika ego itu ibarat pohon benalu, dengan mudah kita memotong dan membuangnya dari pohon. Kenyataannya, ego itu ada di tiap hati insani. Menyatu dengan pikiran dan panca indra kita.
Ketika mengedepankan ego, kita berasa benar, mendulukan kepentingan diri, dan menuntut pada orang lain untuk ngertiin atau memahami kita. Akibatnya, kita mudah tersinggungan, kecewa, iri hati, benci, bahkan mendendam ketika ada orang yang berseberangan dengan kita. Gegara disalah-pahami, jika berasa dijauhi orang itu. Padahal, faktanya, kita sendiri yang menjauhi.
Mengendalikan sifat ego itu gampang-gampang susah. Yang utama adalah niat dan semangat kehendak baik dari hati kita yang ingin berubah.
Egoisme itu tidak bakal mengganggu dalam hidup ini, ketika kita berpikir positif, berprasangka baik, dan mengutamakan untuk mengalah.
Serumit, seberat, atau sesulit apapun masalah hidup ini, ketika kita berpikir positif dan menyederhanakannya, persoalan itu menjadi lebih gamblang dan mudah diselesaikan. Ternyata, hidup itu sederhana.
Semoga dengan berani mengalah dan berpikir positif, hidup kita menjadi jauh lebih tenang, tentram, damai, dan bahagia. (MR)