Dilukai Untuk Berbuah

Sewaktu kecil, saya senang diajak Pakdhe Ji ke kebun, karena saya bakal diambilkan buah-buahan yang matang. Ada buah mangga harumanis madu, kweni, sirkaya, kelengkeng, rambutan, dan banyak lagi.

Pagi itu, saya jadi heran dan penasaran dengan perbuatan Pakdhe Ji yang membacoki batang pohon cempedak.

“Kenapa dibacoki, Pakdhe?”

“Agar kembali berbuah, Le,” sahut Pakdhe Ji enteng. Batang pohon dilukai agar berbuah?

Menurut Pakdhe Ji, dengan melukai dimaksudkan agar pohon itu kaget, menyembuhkan lukanya sendiri, lalu berbuah. Pohon itu takut, jika ditebang Pakdhe Ji, dan mati.

Seiring perjalanan waktu, saya memahami maksud dan tujuan Pakdhe Ji membacoki batang pohon itu.

Tidak hanya lewat jalan dibacoki, tapi juga pohon itu diajak ngobrol, karena pohon itu hidup! Dan diberi pupuk. Dengan beberapa cara alternatif itu diharapkan pohon kembali berbuah.

Sejatinya, pohon itu ibarat hidup kita. Pohon itu dibacoki, ketika dalam pergumulan hidup ini kita menemui benturan, dan terlukai. Kita diuji agar kita makin dewasa dalam sikap, perilaku, dan iman. Kita teruji agar jadi pribadi yang sabar dan rendah hati.

Begitu pula, dengan pohon yang diberi pupuk dan disiangi. Hidup kita harus dirawat dengan baik dan disiangi dengan kasih sayang agar hidup kita makin bermakna.

Dengan menganut falsafah hidup ibarat pohon, kita diajar hidup ikhlas. Kendati dibacoki dan dilukai, pohon itu tidak protes, mengeluh, atau mendendam pada pelakunya. Sebaliknya malah memberikan manfaat, dan berbuah.

Berbincang dengan pohon itu ibarat Allah tengah menyapa dan mengingatkan kita, bahwa hidup itu kesempatan untuk mengabdi dan melayani-Nya.

Kita adalah pohon (ara) itu yang mohon pada Allah agar diberi kesempatan untuk bertobat, perbaiki diri, dan berbuah.

Sekiranya pohon itu tidak berbuah, bersiaplah untuk ditebang dan dibakar!

Foto : MR

Memberi Maaf dan Mendoakan Orang yang Menjahati Kami

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang