Seide.id – Disadari atau tidak, sekali dua kita pernah diperdaya oleh pengalaman pahit, ketika menceritakan hal buruk itu kepada orang lain.
Ada pun motivasi dari bercerita tiap orang itu tidak sama. Ada orang yang sekadar berbagi agar teman itu berempati dan peduli untuk menanggapi dan memberi solusi. Ada pula yang berharap agar orang lain memahami keadaan kita untuk membantu atau bahkan memberi kemudahan yang lain.
Berbagi pengalaman itu tidak salah, jika tujuannya untuk menyebarkan hal-hal baik dan positif agar orang lain termotivasi dan terinspirasi. Tidak sebaliknya untuk menyebar racun, hoaks, atau iri hati. Sehingga orang lain teracuni, membenci, dan saling bermusuhan.
Berbagi pengalaman, jika menjadi kebiasaan itu harus disikapi dengan bijak, baik motivasi dan tujuannya agar tidak menjerumuskan diri sendiri.
Ketika kita berbagi pengalaman sekadar mencari simpati, empati, dan agar orang lain berbela rasa pada kita, sesungguhnya hal itu makin menunjukkan kelemahan diri sendiri. Apalagi, jika kita menjual aib atau musibah itu agar orang lain jatuh kasihan dan menyumbang materi, padahal faktanya untuk mencari keuntungan diri sendiri atau golongannya.
Alangkah bijak, sebelum berbagi pengalaman hidup atau informasi itu hendaknya dipikir dulu manfaat dan dampaknya untuk orang lain maupun diri sendiri.
Saatnya belajar dari pengalaman untuk melihat hikmah dari setiap peristiwa agar kita tidak mudah diperdaya musibah, tapi menjadi pribadi yang sadar diri untuk mudah bersyukur, sabar, dan tabah.
Selalu mudah bersyukur untuk menikmati hidup agar kita menjadi pribadi yang tangguh, rendah hati, dan bahagia.
Mas Redjo /Red-Joss