Generasi yang hidup di jaman milenial memang kasihan….
Mereka dihadapkan pada kompleksitas komunikasi yang sangat mengglobal, sementara secara psikologis mereka belum jejek-manteb membangun kepercayaan diri dan kematangan berpikir.
Sebagai contoh :
Bocah Indonesia, usia belum genap 13 tahun, nyanyi bagus di Youtube, yang nonton orang ‘sedunia’….. Eeeh dia dapat like 20.000, dapat dislike 4.000 dan dikata-katain oleh 800 orang.
—> pengalaman ini nggak dialami oleh bapaknya di usia yang sama. Si bapak (ketika remaja) nyanyi pakai gitar di depan pagar rumah, cuma dikomen oleh tetangga kanan-kiri dan seberang rumah. Itu pun karena berhadapan muka, sikap para tetangga berupa basa-basi manis dan memuji tipis-tipis. Manalah berani ngatain anak orang di depan rumah ortunya sendiri kan..?
Gempuran yang diterima, baru datang kemudian, ketika si bapak ini sudah dewasa..! Ketika jati diri sudah terbangun lebih jelas. Dan kepribadian sudah kuat. Itupun cuma dikritik oleh pemilik studio dan produsernya (baca : orang-orang yang kompeten di bidang tersebut!). Dilakukan secara tertutup di ruang meeting.
Contoh lain :
Gay Thailand, jatuh cinta tanpa mengganggu suami orang, nikah dengan biaya sendiri, mewartakan kebahagiaannya di akunnya sendiri… Eh diserbu caci-maki dan sumpah laknat dari netizen (yang GR merasa jadi) pemegang kunci surga… lalu psangan gay ini mengalami syok berat di hari bulan madunya.
Begitulah.
Jaman sekarang, banyak terjadi sikon yang njomplang :
‘EVOLUSI’ PSIKOLOGIS (maksudku adalah ‘perkembangan psikologi) manusia berjalan lambat; namun REVOLUSI TEKNOLOGI berjalan sangat cepat.
Jaman sekarang, bahkan anaknya artis yang masih bayi pun, tidak luput dari nyinyiran netizen. Yang dihina adalah fisik bayi itu pula. Salah bayi itu apaaaa…?
Sekeras itulah, jaman sekarang ini
Anak dan remaja yang jiwanya belum terdevelop kokoh… sudah harus mengalami dicabik-cabik dengan sadis oleh netizen yang, bisa dipastikan, bukanlah orang-orang bahagia yang puas dengan hidupnya (karena orang yang bahagia biasanya nggak nyinyir… dan nggak penuh kebencian)
Jadi… bapak ibu… yuk kita ajak anak-anak kita mendiskusikan :
~ dunia macam apa yang mereka hadapi sekarang
~ inferioritas seperti apa yang dimiliki masyarakat mayoritas saat ini.
~ kenyataan bahwa banyak netizen bersikap garang di medsos tapi mewek kalau disamperin di dunia nyata.
~ bagaimana mengambil keputusan-keputusan secara matang.
~ bagaimana mereka memandang jauuuh ke depan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan
~ Bagaimana menghitung resiko.
~ Bagaimana membangun strategi untuk menghadapi manusia dengan IQ gorila…
~ dan sebagainya, dan sebagainya.
Lebih dari jaman apapun, remaja yang hidup di era milenial sangat membutuhkan bekal nalar dan skill menimbang resiko ….
Seperti pada jaman apapun, remaja di jaman ini juga perlu diajak membumi : hidup di dunia nyata dan membangun prestasi di dunia nyata.
Itu dulu yang penting…!!! Setelah faktanya ada, baru deh aman kalau mau diwartakan di medsos.
Kayak Jerome Polin itu lhooo…
Beneran kuliah di Jepang.
Beneran dapat beasiswa.
Beneran berinteraksi dan punya banyak pengalaman di sana.
Ealah, meski sudah membuat konten berdasarkan kenyataan pun, masih ada saja yang menghujat dan mengecilkan dia lho…
Untungnya Jerome mendasarkan unggahannya pada fakta . Bukan pada image . Maka dia bisa berdiri tegak dan nggak merasa perlu meyakin-yakinkan netizen.
Netizen nggak mau percaya ya sudah.
Netizen mau menghina ya bodo amat.
Faktanya gue emang begini kok…
Netizen yang komen itu, emangnya sudah ngapain aja…?
Jerome (dan sebagian artis yang kepercayaan dirinya sehat dan kuat) bisa kalem aja…
Damai. Bahagia dengan hidupnya.
Nggak galau musingin komen netizen yang kemungkinan besar adalah part-timer rebahan dan minim prestasi.
Ngapain mikirin pendapatnya pecundang? Yang uang rokoknya dan kuotanya pun masih minta ortunya?
Yuk, bapak dan ibu… kita lindungi jiwa-jiwa yang masih kuncup itu dengan bekal nalar, kemampuan membumi, dan kesadaran bahwa mereka berharga dan dicintai oleh keluarganya yang nyata…. di dunia nyata.
Sudah cukup 10 pesohor Korea, 5 artis Jepang, dan 5 artis India melakukan bunuh diri karena mengalami cyber bully…. serta 6 artis Indonesia mengaku ingin bunuh diri, 4 diantaranya karena nggak tahan dengan ulah netizen….
Sudah cukup….
(Nana Padmosaputro)