Diuber Karma Pala

Seide.id- Karma dari perbuatan jahat itu datang menunggu waktu, bisa lambat atau cepat. Bahkan, ketika datang cepat, karma itu sedekat dengan tarikan nafas kita. “Karena siapa bersalah akan dihukum.”

“Hal itu tidak hanya saya percaya, tapi sungguh saya yakini. Saya selalu ingatkan diri sendiri untuk berbuat jujur dan benar agar tidak alami akibat buruk dan lebih parah dari perbuatan itu,” jelas RP serius. Karena ia mempunyai pengalaman pahit soal itu.

Awalnya, ia memperoleh job dari seorang bos, lalu pekerjaan itu ia subjobkan ke teman, karena kebetulan ia sedang sibuk. Teman itu tidak menanyakan ‘fee’ yang bakal diterima, karena percaya padanya.

Ketika pekerjaan itu beres, ia memotong sebagian kecil dari honor itu, karena yang memberi job.

“Kesalahan saya adalah tidak terus terang, ketika memotong sebagian kecil dari honor itu. Akibatnya, saya alami kerugian berlipat, dompet saya jatuh bersama surat penting lainnya,” sesal RP. Sejak saat itu ia berjanji untuk bersikap jujur dan benar.

Menurut RP, sesungguhnya ketidak-jujuran yang kita lakukan itu tidak sebatas berbalik pada diri sendiri. Tapi bisa juga terjadi pada anggota keluarga. Lewat kehilangan yang lebih besar, sakit, atau masalah berat yang lain. Karma itu terus memburu kita dan minta pertanggungjawaban.

“Yang utama itu kita tidak boleh menginginkan milik orang lain secara tidak jujur,” tegas ES. Pengalaman ES bertolak belakang dengan pengalaman RP.

ES yang memproduksi dompet dan tas itu, suatu hari di tahun 1988
belanja banyak bahan material ke bos langganan.

Karena terburu-buru, dan ingin segera ketemu dengan pelanggan, nota belanjaan itu baru selang dua hari diperiksanya. Ternyata ada selisih uang Rp 900 ribuan yang tidak dijumlahkan. Ia lalu segera kembali ke toko bos itu untuk membayar kekurangannya.

“Sejak saat itu hubungan kami makin baik dan akrab. Ibu itu digantikan anaknya, lalu diteruskan ke cucunya yang hubungannya tetap baik dengan anak-anak saya,” jelas ES terharu.

Sesungguhnya, hidup tanpa direfleksikan itu kehilangan arti, bahkan menjerumuskan kita ke dalam jurang penyesalan yang menyiksa jiwa.

Dengan selalu merefleksikan diri, sesungguhnya kita diajak membuka hati untuk sadar diri. Kita makin berhati-hati dalam berpikir, berkata-kata, dan berperilaku agar hidup tidak menyimpang dari kejujuran dan kebenaran yang hakiki. Lebih dari pada itu, ketika berbuat salah atau curang, kita diajak berani mohon maaf dan ampunan agar kita tidak diburu oleh karma dan penyesalan.

Jika hidup jujur dan benar itu jadi kebutuhan dasar insani, maka hidup kita jadi tenang, damai dan bahagia.

Mas Redjo /Red-Joss

Mendidik Diri Sendiri

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang