Foto : Aaron Burden/Unsplash
Doa itu nafas hidup umat beriman. Sebagai ungkapan pujian dan syukur atas anugerah Allah. Tetapi, apa jadinya jika kita kehilangan doa dalam hidup ini?
Hidup berasa hambar, monoton, tak ada gairah, bahkan lebih suloyo itu jika kita menjauhi Allah karena doa permohonan yang tidak dikabulkan.
Disadari atau tidak, kita sering kali menuntut Allah. Beribadah, berdoa itu bukan lagi menjadi keharusan untuk bersyukur, melainkan untuk meminta, menuntut, bahkan berhitung dagang dengan Allah.
Padahal, sejatinya beribadah pada Allah, itu karena kita ini hamba dan mengabdi kepada-Nya.
Allah telah menyediakan segala kebutuhan kita, seperti udara, air, alam yang kaya raya untuk kita olah dan kita kelola.
Kenyataannya, banyak di antara kita yang sekadar memohon tapi tidak mau bergerak, berusaha, dan berjuang untuk mewujudkan doa itu. Kita meminta, menuntut, bahkan berani mengancam Allah.
Kita ingin serba mudah dan instan, tapi salah dalam memahami kemahabaikan Allah. IA memenuhi yang kita butuhkan, tapi tidak asal menuruti segala keinginan kita. Yang menurut kita itu baik, belum tentu baik menurut-Nya. Karena rencana kita bukan rancangan-Nya.
Sekali lagi, doa yang benar itu tidak menuntut, tapi sebagai ungkapan pujian dan syukur kita kepada Allah. Jika kita berdoa kepada Allah agar keinginan kita terkabul, ya, kita bertekun dalam doa dan usaha agar Allah berkenan mengabulkan-Nya.
Doa itu menjadi nyata, ketika kita mewujudkan doa itu ke dalam karya dan usaha. Kita mendoakan fakir miskin, lalu seusai berdoa kita langsung memberi seperti yang kita maksudkan.
Tak ada doa yang sia-sia, karena Allah memahami dan melihat hati kita. Jalani, tekuni, dan berjuang dengan ikhlas hati. Allah tidak sebatas mengabulkan doa kita, tapi IA selalu memberi yang terbaik. (MR)
Berserah Pasrah Itu Mudah Menjalaninya Sulit
Komunikasi Buruk di Tempat Kerja Bawa Perusahaan ke Kehancuran