Cerpen: Saat Cinta Menyapa. Astaga Doi Ada Yang Punya…!

Apa reaksimu, ketika nembak Doi, ternyata Doi telah mempunyai pacar?

Kita tentu malu hati, salah tingkah, atau bisa jadi kita tetap ngotot tak peduli selama Doi belum resmi jadi istri orang.

Hal itu terjadi pada saya. Jujur, saya sungguh tidak menyangka. Bahkan memikirkan juga tidak.

Saya sering melewatkan malam bersama Doi. Dari ngobrol di teras rumah, nonton film, live musik, hingga malam Mingguan berdua.

Malam itu, sepulang menemani Doi ke pesta teman yang ulang tahun, saya nembak Doi. Semula Doi diam, ketika saya meremas jemarinya. Tapi saat saya hendak mencium Doi, ia mendorong dada saya sambil menggelengkan kepala. Wajah Doi memucat.

“Maaf, apakah saya terlalu cepat?” tanya saya sambil menatapnya lembut.

Sekali lagi Doi menggeleng.

“Maaf… Bukan begitu…”

“Lalu…?” Dari penasaran, saya jadi curiga. Doi menganggap saya tidak lebih sekadar teman biasa. Lalu, sikap Doi selama ini?

“Kau mempunyai pacar?”

Doi diam, dalam risau. Ia menatap saya ragu. Saya memberanikan diri menggenggam jemarinya lagi. Kurasakan kegelisahannya. Ada kebimbangan mengambang lewat sorot matanya.

“Lebih baik Doi terus terang. Saya sanggup untuk menerima realita,” kata saya berdebar.

“Kau percaya, kalau anak kembar dampit, laki-laki dan perempuan itu diibaratkan berjodoh dalam kandungan…?”

“Jadi, kau…?”

“Ya. Saya kembar dampit. Saya tahu kemarin siang, ketika Mama telepon. Jujur, selama ini Mama tidak pernah cerita, kalau saya anak sahabat terdekatnya. Karena Mama tidak mempunyai anak, maka anak itu dipercayakan pada Mama untuk mengasuhnya. Dan Mama perlakukan Doi sebagai anak sendiri.”

“Lalu, Doi nuruti orangtua?”

“Doi bingung…”

“Dulu ada anggapan, orang yang kembar dampit itu jodoh dan harus dinikahkan. Tapi, zaman telah berubah,” saya menghela nafas. “Saya sendiri juga kembar dampit, Doi. Saya juga tahu belum lama dari Ibu. Tapi, akhirnya Ibu mau mengerti dan membebaskan saya.”

“Kau…! Apakah kau anak Tante… yang di Pacar Keling?”

“Kau kenal Ibu…?” saya kaget, dan hati saya berdebar kencang.

“Kita kembar…,” desah Doi lirih. Diam membeku, serasa getir.

“Kita harus gimana, Doi?”

“Menurutmu?”

“Kita bawa dalam doa. Sekiranya kita sungguh berjodoh, kita pasti bersatu. Jika tidak, kita bersaudara dan adik kakak.” Dada saya terasa sakit. Kami bertatapan. Malam makin panjang dan sepi.

Ilustrasi: Gerd Altmann/Pixabay

Cerpen: Tarik Ulur Cinta Agar Bersemi

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang