“Don’t Worry be Happy”

Seide.id – Sebelum blanyongan tentang Bobby McFerrin, aku teringat sebuah dialog cerdas di film seri yang hari-hari ini ditayangkan di saluran Paramount, judulnya: “1883”. Film seri tentang orang-orang Eropa, terutama Inggris yang bertualang, mencari kehidupan lebih baik di Amerika.

Dialog itu antara seorang ibu dengan anak gadisnya. Anak gadisnya bertanya seperti ‘menodong’.

“Apakah ibu bahagia?” Si ibu kaget, tercenung sejenak sebelum menjawab.
“Maksudmu secara umum, atau sekarang,…saat ini?”
“Yaa,…terserah ibu”/
“Jika sacara umum, melihat kita semua jauh-jauh, susah payah, jatuh-bangun melakukan perjalanan, mencari kehidupan yg lebih baik,…melihat ketidak adilan, kekejaman, melihat tentara Amerika memperlakukan bangsa Indian secara tidak manusiawi, justru di tanahnya sendiri,…tentu ibu tak bahagia”
“Tapi…”
“Tapi?…”
“Tapi jika sekarang, saat ini,…ibu memiliki suami gagah, penyayang keluarga, dgn nyawanya menjaga kita semua,…dan ibu memiliki anak perempuan cantik, cerdas dan berani,…tentu saja ibu bahagia”

Tak bisa disangkal bahwa kebudayaan pop dunia terutama musik, dari dulu hingga sekarang “dikuasai” oleh dua bangsa: kulit putih dan hitam. Bangsa kulit putih, “diwakili oleh bangsa Inggris. Sampai-sampai ada istilah kocak yang digagas oleh seorang novelis (aku setuju dan suka), yaitu: “Inggris adalah ‘kantor pusat’ musik pop dunia”.

Kulit hitam (yang berasal dari Afrika, lalu menjadi besar populasinya di Amerika dan merambah ke seluruh dunia) memang secara alamiah sepertinya ‘terlahir musikal’. Di Indonesia pun, suku berkulit hitam-manis dan Indonesia timur, mendominasi dunia musik. Lihat saja orang-orang kulit hitam, kata seorang teman: “Bahkan ketika mereka sedang berjalan dan melangkah pun, bahasa tubuhnya seperti berirama”

Musisi kulit hitam, pernah punya ungkapan terhadap bangsa kulit putih yang sepertinya ‘tak bisa dibantah’: “Kalian (musisi kulit putih), mungkin bisa bermain musik rock, jazz, fushion, bahkan reggae dan pop. Tapi kalian tak mungkin bisa memainkan, apalagi merasakan feel blues. Never!”.
Yak, tentu saja musisi kulit putih tak bisa menjiwai musik blues. Musik blues lahir dari rintihan penderitaan bangsa kulit hitam ketika menjadi budak bangsa kulit putih. Jadi bagaimana mungkin bangsa kulit putih bisa ‘mendapatkan’ perasaan menderita itu?

Bagaimana dengan jazz? Dalam ungkapan itu, tersirat bahwa bangsa kulit putih, ‘masih mungkin’ (haha), bangsa kulit putih bisa bermain jazz. Meski, musik jazz, boleh dibilang sudah bisa dimainkan oleh siapa saja di seluruh dunia, tapi apa yg disebut: ‘jazz standard’ masih didominasi oleh musisi berkulit hitam.

Jazz pun lahir dari sesuatu yang menyedihkan. Kalau tak salah, orang-orang berkulit hitam, di New Orleans ketika membawa jenazah seseorang yg dihormati untuk dimakamkan, sepanjang perjalanan ke pemakaman, mereka memainkan musik, ada juga yang melantunkan lagu puji-pujian. Musik yang dimainkan adalah: jazz. Bahwasanya lalu di dunia berkembang (termasuk Indonesia) seolah-olah jazz adalah musik untuk kaum tertentu.., kaum elite.., nah itu aku sungguh tak faham.

Ma’af, jika pengantar untuk blanyongan tentang Bobby McFerrin ini dirasa terlalu panjang..

Terus terang kita (paling tidak aku) mengenal Bobby McFerrin ini melalui lagu “Don’t worry be happy”. Tak cukup banyak aku mengenal musisi jazz. Mungkin karena aku tak begitu tergila-gila kepada musik jazz, yang iramanya ketika dimainkan oleh musisi tertentu, menurut telingaku agak monoton.

Lucunya, musisi beberapa musisi jazz yang aku ‘kenal’ justru musisi kulit putih. Bob James, Lee Retenour, Dave Valentine, Roberta Flack, Earl Klug, Miles Davis (kulit hitam), Marsallis Brothes (kulit hitam) dll. Yellow Jacket dan Casiopea (dari Jepang) katanya malah ‘sudah bukan jazz’ tapi fusion. Entah apa bedanya, mungkin fusion lebih menghentak-hentak dan dinamis.

Secara inovasi dan improvisasi, Al Jereau, tentu lebih terkenal di Indonesia drpd Bobby McFerrin. Meski menurutku, ke-dua musisi itu memiliki kemampuan improvisasi dahsyat yang kurang lebih sama. Mereka bisa, seperti ‘melompat-lompat’ dan berimprovisasi dari nada-nada rendah, lalu meliuk-liuk sedemikian rupa, lalu masuk ke nada tinggi dengan begitu mulus, cantik, mengejutkan dan elegan. Sepertinya mereka tak mengalami kesulitan sedikit pun ketika berimprovisasi.

Aku ‘mengenal’ Bobby McFerrin, setelah menonton film “Cocktail”. Sebuah fill tentang anak muda di kota sebesar New York, yang baru lulus sekolah bisnis. Bingung karena belum memperoleh pekerjaan, lalu untuk sekadar memenuhi kebutuhan hidup, dia bekerja apa saja. Dia bekerja menjadi peracik minuman di sebuah bar. “Masih jauh lebih baik daripada menjadi gigolo” katanya. Pemuda itu diperankan dengan pas oleh Tom Cruise. Lagu-lagu dalam film itu (bukan theme song) bervariasi.

Ada lagu baru, ada juga lagu lama. Sejak “Wild Again” (Star Ship), “Powerfull Stuff” (The Fabulous Thunderbirds), “Since When” (Robbie Navile), “Cocomo” (The Beach Boys), “Rave On” (John Cougar Mellencamp), sampai “Tutti Fruti” (Litle Richard). Tapi yang paling nyantel di benakku dan kebetulan juga menjadi hit dunia adalah lagu: “Don’t worry be happy”. Bahkan lagu ciptaan Bobby McFerrin itu masuk di urutan pertama dalam 10 besar tangga lagu di Amerika di tahun itu (sekitar th’88-89). Nomor 2-nya adalah:…”Sweet child of mine” (Gun’s and Roses). “Whaaaaat?!”, mungkin begitu reaksi penggemar musik rock dan penggemar Gun’s and Roses di seluruh dunia, eh Amerika. Tapi.., mo ‘gimana lagi. Itu survey maaan!.

Bobby Mc Ferrin terkenal juga sebagai penyanyi yg vocalnya bisa ‘mengisi suara’ yang sangat mirip dengan suara (hampir semua) suara alat musik. Dari mulutnya, bisa keluar suara seperti suara piano, drum, gitar bahkan trompet! Oleh karena itulah dia selalu tampil sendiri. Dia seperti ‘tak membutuhkan’ musisi.

Dalam lagu “Don’t worry be happy” Bobby yg nama lengkapnya: Robert Keith McFerrin Jr ini, tak memamerkan kepiawaian ‘jumpalitan berolah vocal’, seperti menggunakan nada turun naik secara ajaib seperti roller coaster itu. Bobby dalam lagu itu justru menyanyi dengan sangat sederhana. Sepertinya supaya ‘semua orang’ bahkan yang merasa tak bisa menyanyi, ikut bersenandung bersamanya.

…here is a little song I wrote/ you might want to sing it note for note/ don’t worry be happy/ in every life we have some touble/ but when you worry you make it double/ don’t worry be happy/ don’t worry be happy now…

Kemarin lalu, dia berulang tahun ke-73. Selamat Ulang Tahun Bob. Terimakasih sudah membuat seolah-olah semua orang ‘bisa menyanyi”…


Ilistrasi: Bobby McFerrin ini aku buat dengan media akrilik berukuran sekitar 40×30 cm di kertas bekas kalender.

(Aries Tanjung)

Olivia Newton John