Dunia Kucing, Tailung si Jantan Kampung

Kucing Tilung01

Tailung anak generasi kesekian yang lahir dari perut Si Kopi yang bersama Si Momo (saudara jantannya), sekian tahun lalu saya bawa (semasa keduanya kecil) dari rumah adik di Bogor, karena Cakti (putra kami nomor dua) ingin sekali pelihara kucing.Tailung lahir (segenerasi) 4 bersaudara, bareng Si PuBu (putih abu-abu), Si Abu, dan Si Jordan (jantan, hitam) yang pernah lama minggat jadi kucing pasar.


Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI

Seide.id 10/06/2023 – Tailung nama seekor kucing, dari beberapa ekor yang lahir dan tumbuh di rumah kami. Jantan kampung yang gagah, banyak disukai betina lain di kampung yang kerap wara-wiri dan bersengaja mampir ke halaman rumah. Sebagai kucing rumah, Tailung juga tak suka berantem taat aturan, makan-minum dari mangkuknya dan pis atau pup di kotak pasir yang kami siapkan untuknya.

“Kok namanya Tailung, sih? Mirip nama aktor film laga Hong Kong tahun 2000-an?” kata seorang teman. Saya tersenyum sambil mengangguk-angguk, seraya teringat pada aktor Hong Kong dengan nama panggung Ti Lung yang aselinya bernama Tommy Tam Fu-Wing (kelahiran Guangzhou, Tiongkok, 77 tahun silam) antara lain peraih Best Supporting Actor (lewat film The Kid) pada Hong Kong Film Award 1999.

Bukan. Nama Tailung sama sekali tidk ada kaitannya dengan nama aktor Ti Lung. Kami beri nama Tailung karena dia punya buntut (bahasa Inggrisnya tail, hi..hi..hi.!) bagian ujungnya bergelung. Jadilah dia bernama Tailung. Dan rasanya, dia suka dengan nama panggilan tersebut. Paling tidak, tiap nama itu kami ucapkan, dia selalu merespon, mendekat. Minimal dia menoleh tiap kali dipanggil.

Tailung anak generasi kesekian yang lahir dari perut Si Kopi yang bersama Si Momo (saudara jantannya), sekian tahun lalu saya bawa (semasa keduanya kecil) dari rumah adik di Bogor, karena Cakti (putra kami nomor dua) ingin sekali pelihara kucing.Tailung lahir (segenerasi) 4 bersaudara, bareng Si PuBu (putih abu-abu), Si Abu, dan Si Jordan (jantan, hitam) yang pernah lama minggat jadi kucing pasar.

Tak ada perlakuan khusus untuk kucing. Semua kami sayang, taka da yang dibeda-bedakan. Tapi Tailung punya personifikasi yang bikin orang jatuh sayang padanya, lebih dari kucing-kucing tersayang lainnya. Tongkrongannya gagah seperti Si Momo, bapaknya. Bulunya tebal-halus, belang hitam abu-abu, matanya kuning menyala bagai mata macan congkok / Wild Cat (Felis benggalaensis) penghuni hutan bakau.

Betina sekampung, istilahnya, suka pada Tailung. Di hitung-hitung, selain para betina serumah, entah berapa betina di gang yang pernah jadi pacar Tailung, kucing yang baik yang bahkan banyak tetangga jatuh hati padanya. Juga Cucu Naira, yang tiap kali dolan ke rumah, selalu saja bertanya: “Eyang Yus, mana Tailung, dimana…? Aku(h) pingin usap-usap punggung Tailung…!”

Beberapa hari lalu Tailung tampak muyung, cenderung lebih pendiam dari biasanya dan ogah makan. Keripik ikan jatahnya, selalu ditinggalkan untuk dimakan saudarq-saudara lainnya di rumah. Pernah juga saya temukan. Tailung seperti sedang mencari-cari sesuatu di antara pot tanaman hias milik Resti di depan halaman, dan mengejutan…Tailung asyik memamah-mamah ranting dan daun anting-anting-

Sepemahaman saya, di saat-saat tertentu, kucing memang kerap masuk semak belukar untuk mencari dan memamah daun dan ranting tumbuhan berkhasiat obat yang banyak tumbuh di Indonesia, dan msyarakat menyebutnya pohon anting-anting (Acalypha indica L). Demkian pula yang dilakukan Tailung saat itu, memamah daun anting-anting. Sedang sakit kah Tailung?

Resti membenarkan bahwa Tailung sedang sakit. Paling tidak. Itu tampak dimana Tailung sesekali bersin, seperti orang flu. Saya mengangguk-angguk dan menganggap ini hal biasa yang tak perlu dikhawatirkan. Sampai kemudian, siang tanggal 8 Juni 2023, Cakti sibuk mencari-cari Tailung yang seperti sengaja ngumpet entah dimana, dan baru ditemukan sejam kemudian di kolong ranjang.

“Dia sakit, Pak…” kata Cakti yang segera ambil keranjang khusus, menidurkan Tailung di dasarnya dan segera membawanya ke dokter hewan langganannya. Sekitar 2 jam kemudian Cakti pulang dengan keranjang kosong. Dengan mata sembab, Cakti bilang: “Tailung meninggal dalam perawatan dokter. Tubuhnya sudah dikubur di pekarangan milik rumah sakit hewan…”

Tailung memang cuma seekor kucing. Tapi polahnya, gerak lakunya, pernah sekian lama bersama kami di rumah. Kucing yang baik, lucu dan menggemaskan kami seisi rumah, juga banyak tetangga saya kira. Karena itu sejujurnya bila kami kehilangan saat penyakit (flu kucing, kah?) begitu cepat merenggut nyawanya. Selamat jalan, Tailung…! ***

16/06/2023 PK 17:03 WIB

Avatar photo

About Heryus Saputro

Penjelajah Indonesia, jurnalis anggota PWI Jakarta, penyair dan penulis buku dan masalah-masalah sosial budaya, pariwisata dan lingkungan hidup Wartawan Femina 1985 - 2010. Menerima 16 peeghargaan menulis, termasuk 4 hadiah jurnalistik PWI Jaya - ADINEGORO. Sudah menilis sendiri 9 buah buku.