Dari Washington sejauh ini Presiden Joe Biden belum menanggapi ungkapan para Talib untuk membina hubungan baik antara Kabul dan Washington. Saat ini Gedung Putih juga belum menerbitkan strategi baru di Afganistan, selain peringatan kepada Taliban untuk tidak membiarkan kelompok teror berkembang biak.
Banyak analis menilai, Washington masih mengkaji ulang hubungannya dengan Pakistan usai kegagalan di Afganistan. Islamabad yang menerima miliaran dana bantuan militer dari AS dituduh menyokong dan membiayai ekspansi Taliban. Meski demikian AS masih melihat Pakistan sebagai mitra strategis di kawasan.
Sedangkan sikap Uni Eropa, awal September lalu, menteri-menteri luar negeri UE menyepakati kerangka kerja untuk menampung pengungsi Afganistan. Hingga 2022, Brussels menganggarkan dana sebesar 300 juta Euro yang sebagian besarnya dibiayai Jerman. Dengan dana itu, Uni Eropa ingin menerima hingga 30.000 pencari suaka asal Afganistan.
Uni Eropa terutama berkepentingan agar Afganistan tidak lagi menjadi ladang pembiakan terorisme bagi al-Qaeda atau Islamic State-Khorasan. Untuk itu, Utusan Luar Negeri UE, Josep Borell, mengatakan pihaknya bersiap mengambil keputusan sulit di Afganistan.
“Agar mendapat peluang untuk ikut mempengaruhi jalannya situasi, kita tidak punya pilihan selain berunding dengan Taliban,” kata dia September silam.
Perkembangan mutakhir, Taliban yang memproklamirkan negeri ‘Emirat Islam Afganistan’ menuntut hak bicara di Sidang Umum PBB. Namun pengakuan internasional bagi harus dinegosiasikan secara langsung lewat jalur diplomasi.
Hingga penghujung Sidang Umum PBB di New York, Amerika Serikat, Taliban belum juga mendapat undangan mewakili Afganistan. Kelompok etnis Pashtun itu sempat mengirimkan surat kepada Sekretaris Jendral Antonio Guterres, Senin silam, dan meminta Amir Khan Muttaqi “agar diizinkan berpartisipasi.”
Permintaan itu sedianya dibahas dalam sebuah komite khusus yang beranggotakan Amerika Serikat, Rusia dan Cina.
Namun kepada AFP, seorang diplomat senior PBB mengklaim pertemuan tersebut dibatalkan. Dia mengatakan permintaan Taliban datang “terlalu telat.” Akibatnya PBB hanya mengizinkan Ghulam Isaczai yang diangkat oleh pemerintahan sebelumnya sebagai wakil resmi Afganistan.
Selanjutnya, Pakistan “korban sikap tidak berterima kasih”