OLEH: MAS SOEGENG
Menjadi Duta itu kebanggaaan. Doeloe. Duta Besar misalnya, secara resmi ditunjuk dan diangkat Presiden. Bisa dari latar belakang apa saja. Tantowi Yahya menjadi Duta Besar untuk Selandia Baru berasal dari seniman. Peter Ghonta, Duta Besar untuk Polandia berasal dari pebisnis. Dari wartawan saya kenal seorang Duta Besar, yakni August Parengkuan, untuk Italia.
Semua saja yang layak menjadi utusan dan mampu menjaga citra baik bangsa dan negara di negara lain, bisa menjadi Duta Besar. Utusan sebuah negara.
Orang juga bangga menjadi Duta dengan predikat khusus. Duta Kecantikan. Ceiline Dion, penyanyi dan pengarang lagu menjadi Duta Kecantikan pada usia 51 karena mewakili kecantikan selebiriti.
United Nation Children’s Fund ( UNICEF) selalu memilih 200 orang seluruh dunia untuk menjadi Duta. Ada Susan Sarandon ( 1999). Ia menjadi Duta Unicef khusus pada anak-anak yang kehilangan orang yang dicintai karena AIDS. Lalu ada Shakira, Katty Perry, Alyssa Milano, Priyanka Chopra, David Beckham, Ricky Martin dan banyak lagi.
Rano Karno pernah menjadi Duta Uniceff saat dia duduk sebagai Anggota DPR. Waktu Sophan Sophiaan risi dengan kinerja sebagai anggota DPR dan mengundurkan diri, saya dan Pepeng meminta Rano untuk ikut mundur agar namanya tetap baik. Rano nurut dan fokus bikin Si Doel dan menjadi Duta Unicef.
Begitu juga wajah-wajah yang mewakili kecantikan lain seperti Nadine Chandrawinata ( Puteri Indonesia 2005), Raline Shah ( Finalis Puteri Indoensia 2008), Bunga Jelitha ( Gadis Sampul 2005), Agnez Mo juga Reisa Broto Asmoro yang setiap sore kita lihat ngomongin tentang Covid19. Semua cantik dan kayak jadi duta.
Kecantikan tak harus berkaitan dengan perempuan. Gong Yoo- dari grup Exo- didapuk menjadi Duta Kecantikan sederet brand ternama karena kecantikan pria ini. Dengan mengangkat Gong, merk produk mereka akan lebih terpercaya. Dan terbukti.
Berbagai duta diciptakan untuk mewakili negara, brand dan komunitas demi citra, image dan nama baik.
Semuanya baik-baik saja.
Kecuali yang berikut ini.
Pada tahun 2010, tiba-tiba – entah bisikan siapa- Dirut KAI, Ignasius Jonan menunjuk Didi Petet menjai Duta Keretaapi. Meski dekat dengan Didi dan Jonan, saya menentang penunjukan itu. Saya kritik habis-habisan. Orang KAI marah dan membuat jarak.
Padahal, meski hanya sebagai pengamat keretaapi, sebagai mitra bisnis KAI, saya salah satu orang luar yang sering diminta ikut rapat khusus dan penting di jajaran pejabat KAI.
Baik saat membahas PSO ( Public Service Obligation), IMO ( Infrastructure, Maintenance and Operation), perubahan nama dari Argo Gede menjadi Argo Parahyangan ( Gopar) sampai penugasan khusus untuk pembuatan Standar Pelayanan Minimum ( SPM) Perkeretaapian tahun 2014. Apa mereka gak tahu kalau saya mengkritik soal Duta kepada Didi Petet itu saya amat serius. Saya hanya ingin mendudukkan makna “ duta” secara benar. Tapi ya sudahlah.
Yang bikin kesal kemudian setelah Didi Pedet, KAI menunjuk lagi Duta Keretaapi kepada Didi Kempot. Ambyar sudah !
Seketika, buyarlah kriteria tentang makna seorang duta. Tahun-tahun berikutnya, kian kacau pemaknaan duta. Orang yang jelas melanggar malah dijadikan duta. Pikiran sesat darimana yang mereka dapatkan ? Sekedar gagah-gagahan ? Pret !
Coba renungkan benar.
Kemarin ada gambar video viral. Seorang jamaah yang sedang sholat memakai masker malah diperundung oleh petugas mesjid. Maskernya ditarik-tarik. Ini di dalam meajid lho. Nitizen marah. Polisi dan petugas Covid19 lalu menangkap petugas mesjid yang melarang orang sholat memakai masker, malah menjadikan dia sebagai Duta Masker.
Orang yang berjalan di mall membopong anak kecil tanpa masker, membuat video dengan meledek dan menghina orang-orang yang memakai masker, eh malah diangkat menjadi Duta Prokes ( Protokol Kesehatan) oleh Satpol PP. Gendheng !
Jadi ingat peristiwa seperti ini beberapa saat lalu.
Saat Dewi Persik yang naik Jaguar B12DP menerobos jalur busway, terlibat berantem dengan petugas busway. Sandiaga Uno sebagai Wakil Gubernur DKI malah mengangkat Dewi menjadi Duta Tertib Jalur Busway. Begitu yang terjadi dengan Zaskia Gotik. Ia menyebut lambang Pancasila dengan sebutan bebek. Ia dianggap menghina Pancasila. Dan ia diangkat menjadi Duta Pancasila. Suit suittt.
Hal ini diikuti yang lain.
Sonya Depari, gadis muda yang melawan arah lalulintas dan berbuat nekad melawan petugas “ Gua anak jendral. Berani ama gua, kutandai kau”, lantas didapuk jadi Duta Anti Narkoba. Lima orang yang mencabut tanaman edelweis di TamanNasional Gunung Rinjaani diangkat menjadi Duta Pelestarian Edelweis.
Edan bener.
Kali ini, dengan fenomena para pelanggar hukum yang dijadikan sebagai duta, saya tak akan mengkritik. Sumpah.
Saya cuma bilang : sakkarepmu…
(06,05.21)