Efek Cinta

Seorang gadis diduga bunuh diri dengan menenggak sianida ketika ia hamil 4 bulan dan sang pacar diprediksi tak mau bertanggungjawab atas kehamilannya itu.

Di Kupang, NTT, seorang ibu dan balitanya dibunuh dengan sadis oleh orang yang diduga menjadi ayah biologis si balita, konon peran sang istri dalam cinta segitiga ini menjadi pemicu dari pembunuhan sadis dengan cara digorok itu. Hm..

Kisah lama tentang cinta yang berakhir kematian akibat dari pelaksanaan libido itu sudah terjadi sejak berpuluh tahun yang lalu. Rasa cinta dengan penyerahan total dari organ tubuh si perempuan dalam hal ini vagina (maaf) di hubungan sesaat akibat cinta yang menggebu, berujung pada kerugian sepihak dari si perempuan.

Di negeri Barat, para orangtua ketika melihat putrinya telah memasuki usia remaja dan dewasa, mereka memberikan pelajaran sex tentang bagaimana jika sperma dan sel telur itu akan menghasilkan seorang bayi. Andai si perempuan tidak memiliki cara jitu untuk menangkalnya dengan pil kontrasepsi atau alat pencegah kehamilan lainnya seperti kondom, maka kehamilan akan terjadi dan kerapnya yg dirugikan adalah perempuan.

Ada orangtua dalam hal ini ibu yang berani memberi nasehat tentang hubungan laki-laki dan perempuan ketika putra-putri mereka sudah memasuki masa akil baliq dan mulai suka pada lawan jenis, ada yang tabu untuk membicarakan karena berkaitan lagi-lagi dengan agama, dan menurut mereka, berbicara tentang pelajaran sex pada anak-anak mereka itu tak elok.

Itu sebabnya, para Ibu di Barat sana memberikan masukan tentang beberapa jenis pil KB yang bisa menangkal terjadinya kehamilan. Sebab secara logika nafsu sex antara laki-laki dan perempuan jika sudah terlibat pada khasanah cinta yang erat bersinggungan dengan aktivitas organ-organ tubuh, endingnya adalah penciptaan manusia secara legal maupun tidak. Dalam hal ini, jika nafsu berkuasa, libido sex sulit dikendalikan.

Di negeri-negeri timur, di mana pengagungan virginitas alias keperawanan yang memberatkan pihak perempuan, sementara si lelaki bebas menancapkan ‘perkututnya‘ (sekali lagi maaf), penggunaan alat kontrasepsi untuk menangkal kehamilan dari hubungan sex karena cinta, dilarang, ini berkaitan erat dengan agama.

Para orangtua menganjurkan jika faktor kebutuhan sex sudah melanda tubuh, sebaiknya menikah resmi saja, tak jarang akibat nikah muda hanya berdasarkan hasrat menyalurkan naluri biologis secara sah, berujung pada perceraian.

Nikmat sesaat dari nafsu syahwat yang menggebu menutup logika, ujung-ujungnya jika kedua sel itu bersatu, maka yg membawa dampak nyata adalah perempuan, bentuk fisik dengan menggelembungnya perut mulai terlihat. Di sini drama kehidupan dimulai.

Pada akhirnya kesadaran menghentak nalar. Saat pertanggungjawaban diminta, beragam alasan muncul dari si lelaki. Endingnya ada yang dinikahi dengan keterpaksaan dan cinta yang sudah menyusut, ada yg bahagia, ada yang berakhir dengan ‘sad ending‘ berakhir pada rasa malu, sakit hati, lalu mengambil jalan pintas dengan bunuh diri atau dibunuh kala pertanggungjawaban itu diminta.

Cinta yang absurd memang minim logika. Ada yang bisa menerima kehamilan itu dengan lapang dada lalu bersama keluarga membesarkan anak itu dengan menafikan cibiran sebutan anak haram, ada yang tidak. Mencerca si perempuan dengan beragam tekanan psikologis hingga berujung bunuh diri, atau yang lebih sadis menumpasnya hingga nyawa terbang dari raga, itu yang terjadi. Miris.

Maka diksi yang pernah saya dengar dari sebuah cerpen yang berjudul, Jangan Main-main dengan Kelaminmu, rasanya cocok kala cinta mulai datang. Dia tidak sekedar kisah kala Cupid memanah Amor, tapi nafsu yang menggelegak bermain di sana.

Saran orangtua jangan berduaan di tempat sepi dan remang-remang, sebaiknya dijadikan pertimbangan. Tapi ya siapa tahan, maka untuk menyikapinya, perempuan harus waspada, jangan hanyut pada rasa, sebab bila gerakan fisik sudah bekerja, rasa dan nalar menjadi buntu.

..Dan perempuan, merekalah yang paling kerap dirugikan.

Fanny Jonathan Poyk

Cerpen : E-Mail dari Nina

Avatar photo

About Fanny J. Poyk

Nama Lengkap Fanny Jonathan Poyk. Lahir di Bima, lulusan IISP Jakarta jurusan Jurnalis, Jurnalis di Fanasi, Penulis cerita anak-anak, remaja dan dewasa sejak 1977. Cerpennya dimuat di berbagai media massa di ASEAN serta memberi pelatihan menulis