Kini mata dunia terbelakak oleh potensi alam Mentawai, yang laut dan.lekuk-lekuk teluknya memiliki gelombang dahsyat nyaris selanjang tahun, mengundang datang para surfer (peselancar) mancanegara berbondong datang ke Pelabuhan Mailepet di Siberut Selatan, menabung dolar demi dolar, demi bisa.puas menunggang ombak di Nagari Para Sikerei.
Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI
SUMATERA BARAT (Sumbar) nyaris identik dengan ranah atau tanah Minangkabau, sebagaimana terpampang pada sign-board besar yang mejeng di taman depan Bandara Internasional di Kota Padang. Identifikasi kewilayahan yang wajar, mengingat provinsi dengan ikon Rumah Gadang ini sejak dulu memang merupakan wilayah masyarakat dari suku Minangkabau.
Keminangkabauan ini kian kental saat tahun lalu DPRD mengukuhkan falsafah Adat basandi syara, syara basandi kitabullah (ABS-SB) sebagai bagian dari aturan undang-undang daerah di Sumbar, yang mengisyarstkan bahwa keseharian hidup serta adat-istiadat di Tanah Minangkabau ‘basandi’ atau bersandar pada Kitabullah yang tak lain adalah Al-Qur’an.
ABS-SBK berasal dari Perang Paderi (1803-1838), perang saudara antara Kaum Adat (yang ditunggangi Belanda) dan Kaum Ulama yang ingin memurnikan ajaran Islam di Minangkabau. Syukurlah perselisihan bisa diakhiri. Kedua belah pihak.memproklamirkan Sumpah Sati (yang berintikan ABS-SBK) di Bukut Maparalam di Kabupaten Tanah Datar sekarang, serta sepakat membangun Ranah Minangkabau berdasar falsafah ABS-SBK.
Dalam topografi lama, jauh sebelum Bangsa Indonesia lahir pada 17 Agustus 1945, saat Kepulauan Nusantara masih merupskan wilayah-wilayah adat dan wilayah politik.lokal yang berdiri sendiri-sendiri, yang dikenali orang sebagai Ranah Minangkabau itu terbatas hanya pada kawasan darat di papar barat Pulau Sumatera saja.
Situasi berobah saat Indonesia merdeka dan beedaulat sebagai sebuah negara, dengan antara lain menetapkan sistem provinsi bsgi segenap wilayahnya. Areal administratif Provinsi Sumbar misalnya, tak cuma hanya wilayah yang dulu dikenal sebagai Ranah Minangkabau, melainksn juga mencakup amparan.luad laut di.lepas pantai selatsn, termasuk kepulauan dimana eksis Suku Mentawai.
Disebut Suku Mentawai karena komunitas manusia aseli yang punya kesamaan bahasa dan adat–istiadat itu sejak berabad’abad silam hidup dan tinggal di Kepulauan Mentawai, nun di selatan Pulau Sumatera, di debur ombak utara Samudera Hindia, yang hingga kini masih terbilang kawasan 3T (Terluar , Terpencil, dan Tertinggal), 4jam berkapal cepat dari Muaro Padang di Kota Padang.
Kepulauan Mentawsi nan elok, dengan 4 pulau besar (Pagai, Siberut, Sikakap, dan Sipora) dan kino beribukota labupaten di Tuapejat. Mentawai yang tak tersentuh tangan kotor VOC (usaha dagang Belanda, yang karena memegang Hak Oktrooi lantas berobah jadi hewan penghisap darah badi tanah dan suku-suku bangsa Nusantara) karena dianggap kawasan minus tak punya rempah-rempah, tak.punya minyak bumi dan hasil tambang yang bisa disedot habis.
Kepulauan Mentawsi nan elok, dengan 4 pulau besar (Pagai, Siberut, Sikakap, dan Sipora) dan kino beribukota labupaten di Tuapejat. Mentawai yang tak tersentuh tangan kotor VOC (usaha dagang Belanda, yang karena memegang Hak Oktrooi lantas berobah jadi hewan penghisap darah badi tanah dan suku-suku bangsa Nusantara) karena dianggap kawasan minus tak punya rempah-rempah, tak.punya minyak bumi dan hasil tambang yang bisa disedot habis.
Situasi berbalik. Kini mata dunia terbelakak oleh potensi alam Mentawai, yang laut dan.lekuk-lekuk teluknya memiliki gelombang dahsyat nyaris selanjang tahun, mengundang datang para surfer (peselancar) mancanegara berbondong datang ke Pelabuhan Mailepet di Siberut Selatan, menabung dolar demi dolar, demi bisa.puas menunggang ombak di Nagari Para Sikerei.
Sikere (biasa dilafazkan sebagai ‘sikerei’) adalah para pemuka adat di kalangan masyarakat Suku Mentawai. Seseorang, laki-laki ataupun perempuan, disandangkan adat dengan predikat sikere/sikerei setelah terbukti berkemampyan sebagai tabib, penyembuh berbagai.penyakit yang diderita masarakat suku Mentawai. Dalam keseharian para sikerei juga tampil sebagai pamong budaya tokoh-tokoh yang dihormati masyarakat. Tak heran bila Mentawai juga dikenal senagai Nagari Para Sikerei di Sumatera Barat.
Yang menarik, di zaman milenial dan serba canggih ini, di wilayah administratif provinsi yang tampil dengan falsafah ABS-SBK, para sijerei tetap kental dengan tradisi lama yanf dianut nenek-moyamgnya sejak berabad-abad silam. Dalam keseharian hidup, “Sikerei masih telanjang, yang laki-laki hanya mengenakan cawat,” ungkap Uni Zulva Dosen UPGRISBA (Universitas PGRI Sumatera Bara, Peneliti Mentawai serta aktivis Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Pusat. – Bersambung. *
31/08/2022 PK 20:54 WIB.