Tak cuma menghiasi kulit tubuh dengan motif-motif ti’ti, dalam keseharian orang Mentawai (yang tua ataupun anak-anak, laki-laki ataupun wanita) juga biasa mengenakan aksesori berupa okat kepala yang disebut ‘luat’, gelang, serta kalung yang dalam dialek Sikakap-Sipora disebut ‘inu’, dan dalam dialek Rereiket dikenal sebagai ‘ngalou’. Rok merah, tank top putih, warna favourite.
Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI
Seide.id 21/09/2022 – Tank top adalah istilah mode untuk menyebut kutang masakini, busana ‘atasan’ alias penutup aurat bagian atas mirip kaos singlet, dengan model You Can See, tanpa kerah tanpa lengan hingga (maaf) menampakkan kedua ketiak pemakainya. Berbeda dengan kutang nenek (dengan dua tali untuk sangkutan pundak) yang terbuat dari kain, tank top umumnya dari bahan kaos rajut.
Siapa nyana, jauh-jauh ‘berkelana’ ke Desa Matotonan, 4 jam naik kapal-cepat dari Muaro Padang di Kota Padang, plus 2 jam naik becak-motor dari Pelabuhan Desa Maileppet nuju Dusun Rogdog Desa Madibag, Siberut Selatan, plus 3 jam ber-pongpong (abak/sampan motor) menyusur ke hulu Sungai Rereiket, saya temukan banyak helai tank top sebagai bagian dari busana adat Wanita Sikerei di Mentawai
Sikerei, pria ataupun wanita, adalah sosok-sosok representatif sekaligus potret adat umumnya orang Mentawai yang sejak abad-abad silam dicatat sebagai masyarakat aseli Kepulauan Mentawai di papar utara Samudera Hindia, Sumatera Barat, Indonesia.”Dulu nenek moyang kami berpakaian dengan mengenakan bahan dari dedaunan hutan,” ungkap Jasmardi, warga Dusun Maruibaga Desa Matotonan.
Berjenis daun-daun hutan masih kerap digunakan para Sikeret saat menari. Misalnya pada tari adat menyambut tamu: daun-daun beserta rantingnya itu diikat dengan tali pelepah pisang atau rotan, disangkutkan.ke lengan dan pergelangan kaki, atau bagian tubuh seputar aurat, padu-padan dengan aksesoris dan ti’ti, serta kabit ataupun komaq yang dikenakan.
Kabit adalah kain serupa selendang panjang berwarna merah (entah mengapa umumnya warna merah?) yang dililitkan para Pria Sikerei ke pinggang dan selangkangan membetuk semacam cawat. Sedangkan komaq atau komak adalah penutup aurat tradisional Mentawai yang biasa digunakan Wanita Sikerei dan wanita dewasa pada umumnya yang kini antara lain memanfaatkan tank top sebagai busana ‘atasan’.
Sebagaimana diungkap Jasmardi dan beberapa akademisi/peneliti Mentawai yang hadir di gelar pesta adat Liat Eeruk atau Liat Pulaggajat berkait HUT RI ke-77 dan HUT ke-42 Desa Matotonan pada 10 Agustus 2022, dasar busana adat orang Mentawai pada umumnya adalah ti’ti (tatto atau rajah) yang oleh Sipati’ti (juru tattoo) ditorehkan ke bagian-bagian kulit tubuh mereka.
Tak cuma menghiasi kulit tubuh dengan motif-motif ti’ti, dalam keseharian orang Mentawai (yang tua ataupun anak-anak, laki-laki ataupun wanita) juga biasa mengenakan aksesori berupa okat kepala yang disebut ‘luat’, gelang, serta kalung yang dalam dialek Sikakap-Sipora disebut ‘inu‘, dan dalam dialek Rereiket dikenal sebagai ‘ngalou’.
Penggunaan ti’ti, luat, serta inu atau ngalou sebagai busana dasar, belum lengkap untuk mengidentifikasikan sosok aseli orang Mentawai. Sebagaimana banyak diungkap poster-poster atau film-film budaya l, satu ciri khas orang Mentawai yang membedakannya dengan suku aseli lainnya adalah penggunaan kabid dan komaq
Sebelum kain (asal India dan Tiongkok, dan kini asal bursa tekstil dunia di Pasar Tababang, Jakarta) dibawa pedagang dan sistem barter dikenal, komaq wanita Mentawai menggunakan serat batang pohon dan dedaunan hutan. “Di antaranya daun dan pelepah pisang,” ungkap Agustinus Dwi Harry, S.Kom, Dosen ITB, Peneliti LIPI (kini BRIN) 2021, dan Ketua Yayasan Kirekat Indonesia Mentawai.
Kain merah yang dililit di pinggang Sikerei namanya laka.Sebelum ada kain, orang Mentawai membuat laka dari kulit kayu pohon baiko. Ada dua warna laka yakni merah dan putih. Laka warna merah didapat dari kulit kayu baiko yang direndam air rebusan getah dan biji buah kesumba. Sedangkan laka kulit kayu baiko yang tidak direndam akan tetap berwarna putih.
Sebagaimana tatanan pergaulan di mana-mana, komunitas Sikerei di Mentawai juga mengenal sistem senior dan yunior. Sikerei yang sudan matang dan lebih dulu menyandang predikat tersebut, dinamakan Sikerei Simarak, yang penampilannya selalu menggunakan 2 jenis laka, merah dan putih. Sedangkan para yunior, Sikerei Simatak, cuma menggunakan laka berwarna merah.
Busana modern (celana panjang, baju, kerudung, rok, blus, kain sarung, termasuk sandal dan sepatu) jiga sudah lama dikenakan warga Mentawai. Namun tetap banyak yang dalam keseharian tetap berbusana adat sebagaimana format busana nenek moyang.mereka, dengan trend modivikasi di sana-sini tanpa menggeser pola dasar busana adat yang ada.
Wanita Sikerei misalnya, kini tak lagi menggunakan komak dari pelepah daun. Dengan ragam asesori adat (gelang, kalung, ikat kepala khas adat) serta ti’ti pada tubuh, Wsnita Sikerei kini.menggunakan komaq modern berupa rok atau lembar kain.yang dililitkan di pinggang hingga betis, plus ‘atasan’ berupa tank top yang dibawa pedagang dari pasar di Kota Padang, dan bisa jadi itu semua berasal dari bursa tank top Pasar Tanabang, Jakarta. *
21/09/2023 PK 09:09 WIB