Eksotika Mentawai ‘Memburu Sipati’ti ke Matotonan’

Sikerei01

Sipati’ti merupakan istilah dalam bahasa Mentawai yang berarti juru ti’ti atau juru tattoo, seni rajah pada kulit tubuh manusia yang hidup. Lha, kok jauh-jauh amat sih buat bikin tattoo doang? Di kota kan banyak ahli bikin tattoo? Tapi bagi Rois, semumpung ada tugas ke Mentawai, apa salahnya sekalian mewujudkan angan-angan: punya tattoo khas Mentawai yang dirajah langsung oleh Sipati’ti aseli. Foto : Sikerei Sipati’ti berkeasi ti’ti di dada Rois . Heryus Saputro Samhudi .

Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI

Seide.id 07/09/2023 – Awal Agustus setahun lalu, Pamong Budaya Ahli Madya BPNB (Badan Pelestari Nilai Budaya) Sumatera Barat, Rois Leonard Arios S.Sos, M.Si., bersemangat menuju medan tugas tugas nun… di amparan utara Samudra Hindia, 4jam berkapal-cepat dari Pelabuhan Siti Nurbaya di Padang, plus 2 jam naik ojeg rodatiga, sambung 3 jam bersampan 43Km ke hulu Sungai Reireket.

Lokasi tugas itu tak lain adalah Desa Matotonan, Kecamatan Siberut Selatan di ujung selatan Pulau Siberut, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Dengan gembira Rois menerobos medan perjalanan dan melelahkan itu, diguyur hujan dan berisiko sampan terbalik di sungai, bukan cuma karena tugas menggelar Festival Lia Eeruk / Liat Pulaggajat, tapi juga “Saya ingin ketemu Sipati’ti,” bisik Rois.

Sipati’ti merupakan istilah dalam bahasa Mentawai yang berarti juru ti’ti atau juru tattoo, seni rajah pada kulit tubuh manusia yang hidup. Lha, kok jauh-jauh amat sih buat bikin tattoo doang? Di kota kan banyak ahli bikin tattoo? Tapi bagi Rois, semumpung ada tugas ke Mentawai, apa salahnya sekalian mewujudkan angan-angan: punya tattoo khas Mentawai yang dirajah langsung oleh Sipati’ti aseli.

Dalam rangka HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-77, dan HUT ke-42 Desa Matotonan pada tanggal 10 Agustus 2022, desa di tengah hutan sagu di ujung selatan Pulau Siberut itu menggelar Festival Lya Eeruk / Liat Pulaggajat dan Seminar Nasional yang difasilitasi BPNB Sumatera Barat serta ATL (Asosiasi Tradisi Lisan) Pusat – Lembaga nirlaba yang berkhidmat pada tradisi lisan Nusantara.

Para Sikerei di Matotonan, dengan ragam motif ti’ti di tubuhnya – Foto Heryus SS

Berbagai makalah kerja para ahli (dari berbagai universitas di Padang, Jakarta dan Kendari) serta berbagai tradisi lisan (benda maupun takbenda) berkait budaya Mentawai, dipertunjukan pada hajat tahunan tersebut, termasuk demo unjuk kemampuan mengukir ti’ti oleh para Sikerei (dukun khas Mentawai) yang sekaligus berkemampuan sebagai Sipati’ti. Kesempatan ini yang ditunggu Rois.

Tapi tidak semua Sikerei punya kemampuan sebagai Sipati’ti. Yang bukan Sikerei pun, jika dia memang mampu merajah ti’ti serta menguasai konsep dan motif ti’ti sebagaimana yang termaktub dalam budaya Mentawai, maka secara adat dia juga akan diangkat dan sah menyandang predikat Sipati’ti, sebagaimana ‘gelar’ Sipati’ti yang tersandang di bahu Pitto Gagai Sikatsila

Akrab disapa Joel, Pitto Gagai Sikatsila saya temukan di top-deck kapal-cepat saat kami melaju 4jam dari Padang menuju Mentawai di utara Samudera Hindia. Lahir dari pasangan orangtua aseli Mentawai, Joel/Pitto belajar meniti secara otodidak, “Dapat ilham dari para leluhur,” akunya. Selepas kuliah, Joel yang punya ‘toko tatto’ berkelana ke Jakarta, Bali, dan berbagai negeri, antara lain ya…sebagai Sipati’ti

Di tanah kelahirannya, Matotonan, Joel sangat populer. Saat Seminar Nasional dan Festival Lya Eeruk / Liat Pulaggajat, Agustus tahun lalu, Joel juga ambil bagian dalam demo ukir ti’ti bersama para Sikerei Sipati’ti untuk mewujudkan keinginan bersama “Melestarikan Bumi Matotonan Menuju Desa Wisata Adat dan Religi yang Bermartabat dan Berdikari,” ucap Kepala Desa Matotonan Ali Umran Sarubei, S.H.

Demo tattoo atau ti’ti digelar di Uma Matotonan, rumah (utama) adat Mentawai yang dibangun desa dan difungsikan sebagai venue berbagai kegiatan adat. Siapapun yang ingin diti’ti (saya lihat beberapa wisatawan asal Eropa) sila mendaftar, pilih Sipati’ti, dan antre giliran. Juga sohib saya, Rois, yang berhasil mewujudkan keinginan punya ti’ti Durukat khas Mentawai, dari Sikerei Sipati’ti aseli Matotonan.***

08/08/2023 PK 13:09 WIB

Avatar photo

About Heryus Saputro

Penjelajah Indonesia, jurnalis anggota PWI Jakarta, penyair dan penulis buku dan masalah-masalah sosial budaya, pariwisata dan lingkungan hidup Wartawan Femina 1985 - 2010. Menerima 16 peeghargaan menulis, termasuk 4 hadiah jurnalistik PWI Jaya - ADINEGORO. Sudah menilis sendiri 9 buah buku.