Eksotika Mentawai (5)  “Sipatiti, Tattoo dan Sikerei”

Pada dasarnya, bahkan sebelum seseorang diangkat menjadi Sikerei dan ke tubuhnya diterakan ti’ti khusus pertanda dia Sikerei , orang Mentawai sudah bertiti lebih dulu. Namun seiring perkembangan zaman, banyak juga orang Mentawai yang kini tanpa ti’ti. Contoh kongkret adalah Kariadi  seorang Sikerei dan mantan Kades Matotonan. “Dia sama sekali tidak bertatto, Bang…!” lapor Zulva, Dosen UPGRISBA dan Peneliti Mentawai yang juga aktivis Adosiasi Tradisi Lisan (ATL) Pusat.

Pria Mentawi dan anak anak modern yang tak bertato. foto Heryus Saputro Samhudi

Zaman terus bergeser. Kini banyak keluarga Mentawai memeluk Islam ataupun Katholik. Banyak orang tak lagi berti’ti. Namun kerukunan hidup tetap terjaga. Di Matotonan, misalnya, banyak rumah adat milik sebuah keluarga besar, dihuni bareng oleh para anggota keluarga yang berti’ti ataupun tak berti’ti. Semua sama punya hak dan tanggungjawab dalan keseharian, dan hidup rukun di bawsh satu atap. “Tak pernah ada pertengkaran karena tatto,” ungkap Martinus Basir, mantan Anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Mentawai yang kini Ketua Pengurus  Musholah Darul Ulum di Dusun Ongah, Desa Matotonan.

Ada banyak motif ti’ti, yang beda wilayah dialek beda pula namanya. Tapi ada juga motif yang sama penyebutannya di sekujur Mentawai, semisal Ti’ti Durukat yang biasa menghiasi dada laki-laki Sikerei. Ada pula ti’ti simbolik berkait status dan kemampuan penyandangnya. Semisal ‘pangkat’nya dalam struktur adat, atau simbol status kemampuanya berburu, dan lainnya.

Wanita Sikerei umumnya memiliki motif ti’ti berbeda dengan pria Sikerei. Tapi ada juga beberapa motif sama, semisal Ti’ti Sailo yang selalu tertera di bagian kaki Sikerei, laki-laki ataupun.perempuan. Satu hal, umumnya pria Mentawai hobby menghiasi penampang luar bagian atas lenfannya dengan motif Ti’ti Labi, seperti yang antara lain mejeng di lengan Pitto alias Joel.

Wanita Mentawai pun bertatto. foto Heryus Saputro Samhudi

Labi adalah sebutan untuk duri manau (rotan) yang berfilosofi ketahanan  keeratan hubungan dengan klan atau keluarga, serta sebagai simbol batang rotan yang menjadi satu di antara obyek mata pencaharian orang Mentawai sebagai peramu di hutan. Ti’ti Labi bisa juga diartikan sebagai kekuatan seorang laki-laki. Maka motif diletakkan di lengan dan diasumsi dari rupa buntut buaya.

Ti’ti sebagai bentuk rajah atau tattoo khas Mentawai  merupakan ikon budaya sekaligus bentuk eksotika dari kearifan tradisional Mentawai, Sumatera Barat, Indonesia.

Kini yang berti’ti tak cuma Sikerei, tapi juga turis domestik dan mancanegara  para peselancar dunia. Itu tak masalah. “Sas-sah saja, selagi pemiliknya bertangung jawab dan bisa menjelaskan motif ti’ti yang mejeng di badannya,” ucap Joel sederhana. ***

04/09/2022 PK 13:38 WIB

Avatar photo

About Heryus Saputro

Penjelajah Indonesia, jurnalis anggota PWI Jakarta, penyair dan penulis buku dan masalah-masalah sosial budaya, pariwisata dan lingkungan hidup Wartawan Femina 1985 - 2010. Menerima 16 peeghargaan menulis, termasuk 4 hadiah jurnalistik PWI Jaya - ADINEGORO. Sudah menilis sendiri 9 buah buku.