Seide.id – Kasih adalah fondasi dasar dalam membangun kehidupan antar manusia yang harmonis. Melalui kasih, perbedaan seperti tidak memiliki ruang untuk menghalangi manusia untuk membantu sesama.
Seperti yang telah dicontohkan oleh Elisabeth Philip, figur inspiratif yang menjadikan kasih sebagai landasan ia untuk membantu sesama.
Eliz, sapaan akrab dari Elisabeth Philip merupakan wanita kelahiran Semarang, 30 Agustus 1960 yang dedikasinya sangat tinggi dalam hal membantu sesama.
Keterbatasannya sebagai penyandang tuna netra tidak menyurutkan langkahnya untuk senantiasa menjadi berkat bagi sesama.
Eliz menyandang sebagai tuna netra bukan bawaan sejak lahir melainkan akibat dari kecelakaan yang ia alami saat ia berusia 21 tahun.
Lantas, bagaimana rekam jejak Eliz yang saat ini dikenal sebagai figur “Penggerak Desa” di Desa Tlogoweru, Demak?
Desa Tlogoweru merupakan salah satu desa di Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak yang sejak tahun 1960 mengalami ketertinggalan dari sektor kesejahteraan.
Hal ini disebabkan oleh kondisi geografis daerah tersebut yang sering mengalami kekeringan sehingga hasil pertaniannya tidak bisa optimal.
Eliz yang merupakan warga Semarang datang ke desa tersebut pada tahun 2007.
Kedatangannya seperti membawa angin segar terhadap perubahan nasib para petani. Hanya saja Eliz yang notabene adalah seorang Tionghoa sekaligus pemeluk Nasrani mengundang kecurigaan masyarakat setempat.
Mereka khawatir kedatangan Eliz bermaksud untuk kristenisasi sedangkan di sisi lain Eliz tulus ingin membantu mengentaskan kemiskinan para petani di desa tersebut.
Kecurigaan masyarakat perlahan hilang dengan sendirinya mengingat apa yang mereka khawatirkan tidak terbukti.
Tidak ada satu pun orang di desa tersebut yang mengalami kristenisasi.
Program apa saja yang dikerjakan Eliz untuk membantu para petani?
Program pengembangan ekonomi di Desa Tlogoweru dimulai dengan program penggemukan sapi.
Selain itu, di bidang pertanian program yang Eliz tawarkan yaitu investasi air dan pemberantasan hama dengan menggunakan burung hantu jenis Tyto Alba.
Keberadaan burung hantu sendiri dianggap sebagai cara yang ampuh untuk membasmi tikus.
Pada bulan Januari tahun 2017, di Desa Tlogoweru sudah memiliki 150 rumah burung hantu (rubuha) jenis Tyto Alba dan menjadi desa percontohan pengembangan hayati burung hantu.
Ekonomi masyarakat Desa Tlogoweru mengalami kebangkitan berkat uluran tangan Eliz dalam menjalankan program-program pengembangan desa.
Seperti yang Eliz selalu tekankan bahwa sebagai manusia tidak seharusnya kita hidup hanya berdasi dan mengandalkan gengsi semata melainkan juga harus berfungsi bagi sesama.
Berkat dedikasi Eliz terhadap pengentasan kemiskinan, ia masuk nominasi dalam acara Kick Andy sebagai Kick Andy Heroes pada tahun 2019.
Disamping aktivitasnya sebagai tokoh penggerak di Desa Tlogoweru, Eliz saat ini aktif sebagai pendeta di GBI Crown Palace, Semarang.
Kiprahnya di dunia pendidikan juga tidak kalah inspiratif.
Saat ini Eliz menjabat sebagai Ketua Dewan Yayasan Bagimu Negriku.
Penulis : Khoirunnis Salamah Sumber : CNN
Piramida di Mesir, Keajaiban Dunia yang Penuh Misteri
Masjid Raya Cheng Ho Surabaya, Akulturasi Budaya Arab dan Tionghoa