ENDI ARAS : Mbah Bro

Sampai di Gudang Dolanan Indonesia di Taman Serua,  beberapa anak kecil menangis ketika kami datang. “ Om, Mbah Bro pergi gak bilang-bilang. Nanti kami main sama siapa ? “.

Paduan suara kampiun dunia, The Resonanz Children’s Choir alias TRCC, kalah nyaringnya dengan suara tangis anak-anak Gudang Dolanan. Anak-anak yang tinggal di sekitar rumah Gudang Dolanan merupakan aktor The Sound of Gasing yang selalu mendukung setiap pertunjukan atau saat syuting acara televisi Dolanan Anak Indonesia. Ini upaya Endi Aras ( Endi Agus Riyono) dalam memperkenalkan dan melestarikan permainan atau dolanan tradisional Indonesia. 

Anak-anak di sekeliling Gudang Dolanan Taman Serua itu, terbiasa hidup dengan Endi Aras yang akrab mereka panggil Mbah Bro. Endi, jika ketemu temen-teman artis atau wartawan selalu bertegur seru  “ Halo, Bro ! Hai Bro”. Anak-anak Dolanan lalu menjuluki pria berpakaian unik ini dengan sebutan Mbah Bro.

Mbah Bro adalah separuh hidup anak-anak. Mereka, lebih senang main dolanan tradisional daripada main gadged. “ Mbah Bro bilang, bermain gasing itu membuat pertemanan makin guyub dan dapat lebih mencintai budaya Nusantara,” kata anak-anak. Itu ajaran terdalam Endi Aras untuk anak Indonesia. Kalau diajak ikut demonstrasi mainan anak-anak, mereka dapat jatah untuk ditabung.

Mereka nurut apa kata Mbah Bro. Orangtua mereka merasa tenang anak-anak mereka bermain di Gudang Dolanan. Selain makan bersama, sebagian anak yang tidak mampu dibeayai sekolahnya. Itu belu anak-anak di kampung lain yang antri untuk ikut grup The Sound of Gasing.

Rumah belakang Endi Aras dibuat galeri berbagai permainan tradisional. Mulai dari  dakon, perahu minyak, jaranan, egrang sampai gasing. Semua permainan anak-anak Indonesia yang dulu pernah kita mainkan, ada di sana. Rumah pribadinya dikorbankan dibuat museum permainan tradisional, mengingat idenya untuk membuat museum tradisional yang layak, belum mendapat perhatian dari pemerintah. “ Sudah dijanjikan, tapi sampai sekarang belum ada yang serius. Tapi  ya dimaklumi, pemerintah belum punya waktu mengurusi hal seperti begini “ kisahnya suatu siang di BSD.

Dari ribuan jenis permainan anak tradisional, sebagian dititipkan ke teman-temannya. Bisa jadi, sekarang tak terlacak keberadaannya. Jika benar sampai tak jelas keberadaannya, Indonesia kehilangan kekayaan budaya Nusantara melalui permainan anak-anak tradisional.

Endi mengumpulkan semua permainan ini sejak 2006, ketika ia melihat permainan tradisional semakin dilupakan orang. “ Kalau tak ada yang menyelamatkan, Indonesia berpotensi kehilangan kekayaan budayanya. Ini bahaya besar,” keluhnya. “ Anak akan tercabut dari akar budaya Indonesia. Nanti emreka mengenal hanya dari ponsel .” 

Saat itulah ia terpanggil untuk merestorasi permainan anak-anak tradisional Indonesia. Ia keliling berbagai pelosok Indonesia, bertanya pada orang-orang, dan membeli alat permainan ( dolanan) bagaimanapun caranya. Ia bahkan mempersiapkan buku tentang Permainan Anak Indonesia ini dalam beberapa seri. 

Hasil kerjanya sebagai wartawan dan EO ( Event Organizer), sebagian besar ia belanjakan untuk mencari dan membeli dolanan anak-anak. Pernah ia memperoleh sebuah gasing berbobot 40 Kg di pedalaman Kalimantan, yang harus dipanggul dengan jalan kaki sejauh 8 Km karena uangnya habis untuk membeli gasing langka itu. Dari hotel menginap ia menelpon untuk dibelikan tiket pulang.

Sampai di rumah pukul 16:00, disambut anak-anak dan langsung memainkan gasing itu bersama-sama, beramai-ramai.  Saat magrib tiba, anak-anak diminta sholat ke mushola dan Endi terkapar di balai depan rumah kelelahan….

Mas Soegeng

25.05.21

Avatar photo

About Mas Soegeng

Wartawan, Penulis, Petani, Kurator Bisnis. Karya : Cinta Putih, Si Doel Anak Sekolahan, Kereta Api Melayani Pelanggan, Piala Mitra. Seorang Crypto Enthusiast yang banyak menulis, mengamati cryptocurrency, NFT dan Metaverse, selain seorang Trader.