Anak-anak di lingkungan markas Gudang Dolanan Indonesia ini sering diajak Endi keliling nusantara. Sebagian ke luar negeri. Selain mempertunjukkan cara bermain dolanan Indonesia, anak-anak diajak keliling ke berbagai museum. Ia selalu bilang ke anak-anak. “ Suatu kali nanti, Mbah Bro akan punya museum dolanan anak-anak. Lebih bagus dari yang kita lihat di sini. Agar kalian tidak pegang ponsel terus,” ujarnya yang disambut pelukan anak-anak.
( Mudah-mudahan anak-anak lupa impian Mbah Bro ini, sebab sebagian anak-anak usia 7-12 tahun, belum paham sekali apa makna sebuah kematian seseorang yang mereka cintai. Jangan sampai mereka terus mendatangi rumah Endi dan menanyakan soal museum dolanan anak ini. Sepulang dari pemakaman, seorang anak bertanya apakah besok setelah tidur, Mbah Bro masih mau main sama mereka. ).
Guru anak-anak Dolanan Indonesia ini mengizinkan anak-anak pergi bersama Mbah Bro untuk memperoleh pengalaman luar biasa. Sepulang dari lawatan, guru menyuruh anak Dolanan bercerita bagaimana Indonesia diperkenalkan di manca negara melalui dolanan tradisional. Sesuatu yang tak dipikirkan para pengambil keputusan negeri ini tentang kebangaan pada budaya nusantara melalui anak sekolah.
Terakhir, anak-anak dibawa ke London saat acara Dubes Indonesia di sana. Endi menciptakan gerakan tari The Sound of Gasing. Lagunya bisa apa saja tergantung tempat atau negara dimana mereka melakukan pertunjukan. Salah satu orangtua, Pak Toto yang bekerja di Lembaga Indonesia Amerika diminta sebagai penterjemah. Mbah Bro lebih fasih ngomong Bahasa Jawa dibanding nginggris.
Di meja ruang tamu Mbah Bro, di sebelah dia berbaring semenjak sakit diabetes, prostat dan ginjal, tergeletak puluhan undangan dari Aceh, Samarinda, Pelembang, Papua, Surabaya, Blitar serta Swedia, Amerika dan Firlandia. Berserakan begitu saja menunggu jamahan mbah Bro, menunggu Corona pergi.
Itu salah satu yang membuat Mbah Bro stress. Ia terbisa bergaul dengan anak-anak dan senang jika ada orang atau negara lain menyukai dolanan tradisional Nusantara. Hadirnya Virus Corona menjauhkan dia dengan anak-anak, dengan 1,262 jenis mainan tradisonal yang sengaja dikumpulkan sejak 15 tahun lalu.
John Smith dari California menjadi sahabatnya saat Gudang Dolanan diundang ke Amrik dua bulan sebelum Pandemi. Tiap bulan minta dikirimin mainan tradisional untuk teman John yang tertarik saata datang ke rumahnya. Mereka tertarik terutama gasing dari berbagai bentuk dan kota. Endi mau susah payah mencarikan dolanan itu, meski harus merugi, sebab tak mungkin baginya menjual apa yang sudah ia miliki. Ia masih percaya, museum dolanan itu kelak akan terwujud.
Mbah Bro meminta sahabatnya menjadi jembatan komunikasi sebab kalau John dan teman-teman lain dari Amerika dan Eropa kirim surat, memakai bahasa Inggris, Belanda bahkan Perancis, pusingnya mulai tiba. Ia selalu bilang Pak Toto. “ Pak, bilangin John dan yang lain kalau suratnya mau aku baca, kirim surat pakai bahasa Jawa saja”…..
mas soegeng
25.06.21