SOSOK Eny Sulistyowati S.Pd, SE, MM bukan hanya Humas di Organisasi Wayang Indonesia, dimana Indonesia kini telah menjadi “rumah wayang dunia” . Ia sendiri merupakan seorang senimawati panggung; pemeran wayang wong, serta penari, yang juga seorang pengusaha muda.
Lahir di Nganjuk Jawa Timur, 1 Oktober 1970. Menyelesaikan pendidikan Strata 1 di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Surabaya, lulus tahun 1994 dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bisnis Indonesia (STIEBI) Jakarta, lulus tahun 2011.
Perempuan multi talenta ini selalu berkomitmen bagaimana dapat menghidupkan seni tradisi Indonesia, sebagai nilai-nilai bela Negara yang dikembangkan dalam rangka pertahanan nasionalisme ke-Indonesia-an. Antara lain dengan cara mengenal, memahami, mencintai, dan melestarikan seni budaya Nasional.
Selain menjabat Ketua Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) dan Kemitraan SENA WANGI (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia), Eny Sulistyowati, juga pendiri sekaligus Direktur Utama Triardhika Production.
Triardhika Production berkiprah membuat berbagai program apresiasi seni, karya pertunjukan; pergelaran, audio visual, entertainment & promotion. Sebuah institusi yang lebih menekankan kebersamaan, mengembangkan sistem kemitraan, dengan tagline; “Tradisi, Nasional, Kebangsaan.”
Eny Sulistyowati, terlibat di berbagai penyelenggaraan acara apresiasi seni budaya, diantaranya; sebagai Committee The 7th Meeting of ASEAN Puppetry Association (APA), Its 10th Anniversary and Asean Puppetry Festival, di Mojokerto Jawa Timur (2016),
Menjadi Ketua Delegasi Sidang Non-Governmental Organization (NGO) ‘7th General Assembly’ UNESCO-PBB, dalam rangka pelestarian Wayang sebagai warisan budaya mahakarya dunia, Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity, yang diakui oleh UNESCO, di Paris Prancis (2018).
Melalui lembaga Triardhika Production yang didirikannya, ia banyak membuat berbagai apresiasi seni, dan menggelar berbagai karya seni pertunjukan.
Kiprah Eny Sulistyowati, antara lain, terlibat dalam pementasan drama tradisional Cupu Manik Astagina dan Sumpah Abimanyu. Tahun 2013 sukses mementaskan opera sejarah bertajuk Ken Dedes Wanita di Balik Tahta di Jakarta dan Surabaya. Lalu di tahun 2014 kembali sukses mementaskan Wayang Wong (WO) Mahabandhana (Kekuatan Tali-Tali Berbisa), di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ).
Tahun 2016, Eny mendukung pementasan Wayang Orang (WO) Sriwedari, Soma Brata di Jakarta. Di tahun yang sama, Eny Sulistyowati bertindak sebagai Top Donatur menggelar ajang World Dance Day (Hari Tari Dunia 2016), di kota Solo Jawa Tengah. Pada momen tersebut Eny Sulistyowati menampilkan karya tarinya yang sakral, bertajuk ’Bedhaya Minangkalbu’.
’Bedhaya’ merupakan tarian klasik Jawa dengan sembilan penari yang dikembangkan di kalangan Keraton pewaris tahta sejak jaman Kerajaan Mataram. Menggambarkan arah mata angin yang dikuasai sembilan Dewa (Nawasanga). Atau versi lain menyebut sebagai lambang dari Sembilan Wali atau Wali Songo.
Tahun 2019, sebagai Penanggung jawab Teater Wayang Indonesia (TWI), Eny Sulistyowati, berhasil menggelar Wayang Orang dengan pendekatan artistik berbeda. Pergelaran bertajuk Mintaraga tersebut, sukses digelar di Gedung Pewayangan, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta.
Tahun 2019, Eny Sulistyowati juga melakukan lawatan kebudayaan dengan menggelar seni pertunjukan ‘Wayang Wong’ di Maroko.
Di bulan April 2020, Eny Sulistyowati, sempat memimpin delegasi, merencanakan, dan menyiapkan muhibah budaya ke Amsterdam (Belanda), Frankfurt (Jerman), Interlaken (Swiss), Brussels (Belgia), Paris (Prancis), dan Roma (Italy).
Menyusul kemudian di bulan Juni 2020, melaksanakan perjalanan misi budaya di tiga kota, di Eropa, yaitu, Bled (Slovenia), Vienna Velden (Austria) dan Trieste (Italy).
Namun pandemic Covid 19 merubah konstelasi sosial psikologis yang seakan membuat semua tatanan dunia berubah.
Bersama komunitasnya, Eny Sulistyowati urung sejenak. Membanjarkan sangkala, dengan keyakinan, bahwa; berbagai rencana misi kebudayaan tersebut tetap berjalan semestinya – menyesuaikan situasi dan kondisi.
Bagi Eny Sulistyowati, covid 19 adalah “ruang tunggu.” Refleksi seputar ekologi, fenomena nature; keseimbangan alam – penataan kembali spirit vitalitas bumi — agar masyarakat secara kultural kembali pada hakekatnya.
Di “ruang tunggu” ini, Eny Sulistyowati mengajak semua elemen masyarakat, khususnya seniman untuk terus belajar pada referat wayang. Sumber pencerahan kearifan nilai-nilai. Penguat ketahanan dan identitas kebangsaan. – edkar/dms*