Oleh KATIJOW ELKAYENI
Erick Thohir sedang berada di titik jurang yang menjadikannya target serangan. Bisa disebut, ia sedang menunggang gelombang. Jika tidak hati-hati, gelombang itu bisa menggulungnya. Meskipun sebaliknya, gelombang itu pula yang menaikkan dirinya sedemikian rupa.
Di awal menjabat, saya menduga Erick bakal lewat. Karena rimba raya politik dipenuhi binatang berbisa. Dan Erick adalah orang baru di belantara itu. Ternyata dugaan saya keliru. Erick memiliki posisi yang sangat kuat. Sepak terjangnya dalam membangun jaringan bisnis dan politik memang patut diacungi jempol.
Serangan yang menghendaki Erick tumbang tak terhitung jumlahnya. Namun sampai sekarang, Erick tetap teguh dan baik-baik saja. Serangan terbaru mengenai namanya yang dikait-kaitkan dengan kasus Jiwasraya. Sebenarnya, perusahan ini memang telah sakit sejak lama. Di bawah kepemimpinan Erick, justru kasus itu baru dibuka. Dan ternyata banyak kasus serupa yang selama ini tidak diketahui publik.
Mestinya, ini bisa disebut sebagai jasa Erick. Meskipun faktanya perusahaan itu memang bobrok sejak lama. Tapi di bawah kendali Erick, perusahaan bermasalah yang menanggung nasib orang banyak itu dibereskan. Atau setidaknya dibongkar kebusukannya untuk kemudian ditata ulang.
Satu-persatu perusahaan yang sakit-dalam itu dikuak untuk disembuhkan. Seiring dengan itu, serangan yang terarah padanya juga semakin gencar dilakukan. Dalam kasus Jiwasraya misalnya, pihak yang terseret mega kasus korupsi yang justru melontarkan serangan kepada Erick. Serangan itu dilakukan melalui sejumlah proksi di media sosial. Polanya sangat mudah terbaca.
Serangan ke Erick soal Jiwasraya dikaitkan dengan salah satu perusahaan Erick, yakni Mahaka. Namun sebenarnya itu tuduhan yang terburu-buru dan asal-asalan. Sebab faktanya investasi Jiwasraya pada saham ABBA (Mahaka) dilakukan jauh sebelum kasus luka-dalam terjadi, yaitu pada 2014. Dan investasi Jiwasraya di Mahaka itu justru menghasilkan keuntungan Rp2,8 miliar. Artinya, tidak ada masalah di sana. Upaya untuk menarik-narik Erick tujuannya memang untuk mengotori namanya. Supaya pamornya meredup. Meskipun si penyerang tahu, posisi Erick sangat aman. Jauh panggang dari api.
Selain soal Jiwasraya yang ambruk dan kemudian dikait-kaitkan ke Erick, ada juga Fitnah yang menyasar pada akuisisi Telkomsel dan Gojek. Kali ini serangan diarahkan pada Boy Thohir, kakak Erick, yang merupakan komisaris Gojek.
Telkom melalui anak usahanya Telkomsel mengakuisisi Gojek yang merupakan digital platform dengan valuasi terbesar di Indonesia. Terlepas posisi Boy, strategi akuisisi Telkomsel merupakan langkah korporasi yang sangat efektif untuk membayar ketertinggalan Telkom di dunia digital. Langkah ini merupakan strategi untuk mengembangkan usaha dan sangat tepat untuk dilakukan.
Gojek merupakan rebutan perusahaan besar dunia, seperti Google dan Alibaba. Karena potensinya di masa depan sangat cerah. Jadi merupakan sebuah langkah tepat jika Telkom melalui anak usahanya mengamankan pula posisinya pada aset vital perusahaan digital tersebut.
Mungkin narasi seperti itu terpaksa dibangun, karena sulit menjangkau pribadi Erick. Ini mirip strategi perang, untuk melemahkan lawan tidak harus menyerang musuh utama, tapi diarahkan orang-orang di sekitarnya. Karena mungkin sangat sulit mengincar lawan utamanya.
Sepak terjang Erick yang tanpa basa-basi dalam mengelola perusahaan negara memang rentan untuk dimusuhi banyak orang. Mereka yang merasa kuenya terganggu. Atau yang sejak lama mengincar posisi yang ditempati Erick.
Agaknya lawan Erick kurang berhitung matang. Sebab orang yang dihadapi itu telah kenyang gertakan gaya mafia. Ingat saat dia berkiprah di belantara sepak bola Italia. Lawan Erick adalah para mafia kelas kakap Italia. Tapi ternyata Erick punya nyali dengan menjadi presiden salah satu klub sepak bola besar Italia, Inter Milan.
Padahal ia tahu betul risiko yang dihadapi saat memperebutkan posisi panas itu. Meskipun ini memang murni bisnis. Tapi lawan yang dihadapinya tidak main-main. Erick berhadapan dengan Silvio Berlusconi atau keluarga Agnelli. Akibat manuvernya itu, Erick punya banyak musuh. Di Italia dulu, Erick sempat diserang sejumlah isu negatif dari media Italia.
Padahal kehadirannya sempat disepelekan oleh rival. Mereka meragukan kapasitas dan kapabilitasnya Erick yang dianggap anak bawang. Namun dia membuktikan dengan prestasi di lapangan. Hingga akhirnya Inter Milan di era kepresidenan Erick mampu kembali ke Liga Champions, setelah sebelumnya hanya terjebak di papan tengah. Berkat pondasi yang dibangun Erick pula Inter kini kembali jadi juara.
Asian Games 2018 menjadi salah satu bukti kemampuan Erick dalam memimpin. Dalam tempo kurang dari dua tahun, perhelatan akbar itu digelar dengan megah. Jokowi sendiri sangat mengagumi event itu dan membekas begitu dalam di hatinya. Oleh sebab itu Wisnutama juga sempat dipercaya menjadi menteri karena kesuksesan acara besar tersebut. Meskipun kemudian diganti lagi.
Di puncak prestasi Erick yang patut diapresiasi adalah ketika Jokowi memberikan kepercayaan pada Erick sebagai ketua tim pemenangan Jokowi-Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019. Di bawah kendalinya, beragam kepentingan dan ego sektoral bisa disatukan. Berbagai program kampanye yang maju dan kreatif diwujudkan.
Kini sebagai Menteri BUMN, wilayah strategis yang banyak diperebutkan orang, wajar jika ketidaksukaan pada Erick terus tumbuh. Apalagi ketika dia terlihat agresif dalam merombak BUMN. Gelagatnya yang main bersih-bersih itu meresahkan pemain lama. Tanpa segan dia memecat direksi BUMN yang nakal. Mulai dari Garuda, hingga yang terakhir Kimia Farma Diagnostik. Skandal besar seperti Jiwasraya dan Asabri juga terbongkar di masa kepemimpinannya.
Menjelang Pilpres 2024, sosok Erick juga dianggap sebagai kuda hitam yang berbahaya. Dia memang tidak terafiliasi ke partai politik manapun. Namun dengan posisi dan jaringannya yang luas, sudah sewajarnya kandidat lain khawatir. Otomatis dia juga akan menjadi target serangan. Maka ke depan, tuduhan yang menyeret-nyeret namanya akan semakin banyak dan beraneka bentuknya.
Erick sedang berada di tengah pusaran fitnah. Apa yang menimpanya hari ini belum apa-apa. Sebab semakin mendekati titik terpanas nanti, makin aneh-aneh pula bentuk fitnah dan serangannya. Misalnya menyebutkan Erick sekular dan anti Islam. Bisa saja, namanya juga fitnah, suka-suka mereka.