Fauna Nusantara: Si Poteh, Ibu Susu


Foto Heryus Saputro Samhudi

Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI

Walau buntutnya berwarna abu-abu dengan variasi hitam, tapi nyaris sekujur badannya berwarna putih mulus. Karena itu saya lantas saja menyebutnya sebagai Si Poteh, yang kata sohib saya asal Madura sama artinya dengan putih”.

Kata beberapa tetangga, dia betina kampung yang baik, nggak suka e’e sembarangan (tentu saja, karena untuk urusan hajat dasar hewani itu, kami siapkan kotak pasir).

Si Poteh anak Si Cantik, seekor induk belang tiga yang kata orang memang cantik, Saya lupa, anak fase ke berapa? dua, tiga atau…? Entahlah. Bagi para jantan se-gang, bahkan seekor angora milik tetangga yang bisa jadi bapaknya Si Poteh, Si Cantik memang primadona dan hobi beranak, sebelum dokter klinik mensterilnya. Namun Si Cantik tetap primadona walau kini agak tersaing sama Si Poteh.

Si Poteh memang tak kalah menarik. Hobinya berjemur di bawah matahari pagi, menyelonjorkan badannya yang nyaris putih mulus di jalan cor-beton depan rumah sesudah disapu bersih. Saat itu biasanya para jantan kampung, dan angora milik tetangga, pamer diri di dekat Si Poteh, membuat induknya (Si Cantik) kadang merasa tersaing dan ‘menggeram’ menyuruh Si Poteh pergi. Yah…begitulah dunia kucing.

Dalam usia relatif muda untuk ukuran daur-hidup bangsa kucing, Si Poteh pernah hamil dan melahirkan dua ekor anak. Tapi entah mengapa (mungkin sudah begitu maunya alam) kedua anaknya itu mati sekitaran dua minggu setelah dilahirkan.

Itu terjadi beberapa bulan yang lalu, dan hingga kini Si Poteh belum hamil lagi walau tiap hari dikelilingi para jantan, bersaing perhatian dengan Si Cantik.

Selain Si Poteh dan Si Cantik, ada beberapa ekor kucing lainnya tinggal di rumah kami. Seekor diantaranya adalah Si Abu yang seingat saya merupakan saudari kandung Si Cantik, yang sekaligus berarti tantenya Si Poteh. Awal Februari lalu, lagi-lagi Si Abu melahirkan anak, dan kali ini dua ekor. Anak-anak yang lucu, yang (bila usai disusui) kerap ditinggal Si Abu, untuk pacaran lagi, hi…hi…hi…!

Alam berkembang sebagai guru. Di rumah kami, bayi-bayi kucing yang lahir nyatanya tak melulu menyusu pada induknya.

Si Poteh saat bayi misalnya, selain menyusu pada Si Cantik, dulu juga menyusu dengan Si Abu. Begitu juga sebaliknya dengan kucing-kucing lainnya, rata-rata menyusu tak cuma pada induknya. Paling tidak. Itulah fenomena alam yang terjadi di rumah kami.

Naluri menjadi ibu susu, nyatanya juga ada dalam diri Si Poteh. Saat tantenya, Si Abu, pergi sementara…dan dua bayinya (para adik sepupu Si Poteh) ‘merengek-rengek’ minta dikeloni, dengan sigap Si Poteh datang ke kotak kardus tempat tinggal dua bayi kucing. Dia tak peduli dengan para jantan yang datang bertandang. Dia berbaring. Membiarkan kedua sepupunya menyusu hingga puas. Subhanallah!

19/02/2022 PK 15: 24 WIB

Avatar photo

About Heryus Saputro

Penjelajah Indonesia, jurnalis anggota PWI Jakarta, penyair dan penulis buku dan masalah-masalah sosial budaya, pariwisata dan lingkungan hidup Wartawan Femina 1985 - 2010. Menerima 16 peeghargaan menulis, termasuk 4 hadiah jurnalistik PWI Jaya - ADINEGORO. Sudah menilis sendiri 9 buah buku.