Seide.id– Berhasil tangani DMV Website Scampage milik Pemerintah AS yang dibobol, Pemerintah AS secara resmi mengundang Eko Mangku Cipto dan Harianto Rantesalu untuk jadi pembicara di markas besar Federal Bureau Investigation (FBI) di Cleveland, Ohio, Amerika Serikat
Sedang pembobol situs resmi pemerintah AS adalah dua hacker dari Indonesia. Tapi kira-kira seperti apa kasus yang bikin pusing AS yang kemudian berhasil ditangani mahasiswa Universitas Airlangga (Unair), Eko dan Harianto ?
Kasus yang menghebohkan negara Paman Sam ini melibatkan dua institusi yaitu FBI dan Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur dengan tim siber Direktorat Reserse Kriminal Khusus, (Ditreskrimsus).
Kasus yang berhasil diungkap tim jajaran Siber Direskrimsus merupakan tindak pidana kejahatan antarnegara.
“Karena korbannya berada di luar negeri, pelakunya ada di Indonesia,” kata Nico Afinta yang saat itu masih menjabat Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jatim (15/4/21)
Bobol dana bantuan Covid AS
Pelaku pembobol dana bantuan sosial yang terbongkar pada April 2021, berinisial SFR dan MZMSBP.
Mereka diduga mencuri dana bantuan sosial Covid-19 milik pemerintah Amerika Serikat senilai US$ 60 juta atau setara Rp 875 miliar.
Keduanya bersekongkol membuat situs web palsu atau scampage yang meniru situs web resmi bantuan sosial Covid-19 milik pemerintah AS
Pelaku scammer ini secara sengaja memalsukan website dengan tujuan mendapatkan data pribadi warga negara Amerika.
Motifnya untuk menyalahgunakan dana bantuan Covid-19 bagi warga negara Amerika dan menjualnya untuk mengeruk keuntungan pribadi.
Nico Afinta mengatakan, pelaku menggunakan data pribadi tersebut untuk mencairkan dana bantuan sosial di AS yaitu Pandemic Unemployment Assistance (PUA).
PUA adalah dana bantuan untuk para pengangguran warga negara Amerika senilai US$ 2.000, (sekitar Rp 30,7 juta) setiap satu data atau per orang.
Selain membobol dana bantuan sosial, membuat dan menyebarkan website palsu, pelaku juga mengambil data orang lain -di Amerika- secara ilegal.
Data data pencurian yang dilakukan ini juga berhasil dibongkar oleh Eko Mangku Cipto dan Harianto Rantesalu
Pelaku diketahui mendapat data-data tersebut melalui percakapan Whatsapp dan Telegram berjumlah sekitar 30.000 data.
“Data tersebut juga untuk dijual lagi seharga US$ 100 (sekitar Rp 1.5 juta) setiap satu data orang,” ujar Eko sebagai salah satu pembicara di markas Besar FBI (11/10)
(ricke senduk)
Ikuti : FBI Undang 2 Mahasiswa Unair, Usai Website Pemerintah AS Dibobol