Oleh EFFI S HIDAYAT
Kulitnya putih. Bulu matanya lentik. Pipi dan bibirnya merona merah jambu….
Sepenuh rasa sayang di dada, kukuncir rambut legamnya pelan-pelan dengan pita jambon. Sewarna gaun berenda yang baru selesai kujahit untuknya. Dia tersenyum, dekik di kedua pipinya yang montok membuatku gemas.
Duh, puteri Ibu cantiiiik sekali! Kutangkap bintang di matanya yang berpijar gemerlap di depan cermin. Namun, tetiba aku mendengar jeritan suamiku di balik punggung,” Buuu, mengapa kau dandani bocah lanang kita lagi?”
” Sandy bukan Anies, Bu. Anies sudah pulang ke rumah Bapa di Surga. Sadarlah, Bu….”
Dan, begitu saja…
tangisku pecah di pagi buta