Filosofi Batik Mega Mendung Cirebon, Pecinta Batik Wajib Tahu!

Seide.id – Kota Cirebon selain terkenal sebagai kota udang juga terkenal sebagai kota yang kaya akan warisan budaya seperti batik.

Batik merupakan warisan budaya yang tidak serta merta ada melainkan memiliki sejarah yang panjang hingga mampu mendapatkan penghargaan dunia.

Batik ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk kategori Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009.

Ciri khas batik Cirebon yaitu terletak pada motifnya yang cukup mencolok seperti kolam, ikan, anjungan maupun jajaran awan.
Motif jajaran awan inilah yang dikenal dengan nama Mega Mendung.

Batik Mega Mendung yaitu batik dengan motif perpaduan unsur Islam dan Cina.
Pengaruh budaya Cina diperkenalkan oleh Sunan Gunung Jati yang berdakwah di Cirebon pada abad ke-14.

Disamping itu, Sunan Gunung Jati menikah dengan putri Cina yang bernama Oeng Tin.
Putri Oeng Tin turut membantu proses asimilasi budaya Cina di daerah Cirebon karena beliau mendampingi suaminya berdakwah.

Sunan Gunung Jati membawa benda-benda dari Cina berupa piring, keramik dan kain berhiaskan gambar awan.
Awan menurut pandangan Taoisme merupakan lambang dari dunia atas yang maksudnya berkaitan dengan konsep ketuhanan.

Lukisan awan tersebut dikreasikan oleh para seniman lokal sehingga terciptalah motif batik Mega Mendung.

Filosofi Batik Mega Mendung

Warna batik Mega Mendung dominan warna putih dan biru (mulai dari muda hingga tua) yang terinspirasi dari warna keramik Cina.

Warna biru tua merupakan persofinikasi dari air hujan yang bermakna sumber penghidupan.
Sedangkan warna biru muda melambangkan harapan agar memiliki hidup yang cerah.

Pada awalnya motif Mega Mendung hanya diperuntukkan bagi kalangan masyarakat keraton saja.
Seiring berjalannya waktu tepatnya pada 1980, batik Mega Mendung bisa dipakai untuk semua kalangan masyarakat.

(Khoirunnis Salamah)