Di Indonesia kini, umat muslim identik dengan melayu sawo matang dan mereka yang keArab-araban. Sosok Tionghoa Muslim, meski dikenal komunitas Islamnya, harus mengenakan asosori keIslaman, baru diyakini sebagai muslim. Bila tampil polos, layaknya warga Chinesse lain, mereka cenderung dianggap Kristen, Katolik atau Kong Hu Cu.
FIRDAUS SANUSI adalah seorang di antaranya. Dengan tampilan ala pengusaha, dia sering dicurigai saat masuk masjid atau mushola. Padahal dia muslim sejak lahirnya dan bahkan pendakwah Islam.
Selain penampakan fisiknya yang tulen keturunan Tionghoa , berkulit putih, bermata sipit, pemilik nama Chinesse Zhang En Long ini jarang menunjukkan tampilan ke-Islamannya. Dia lebih nampak sebagai anak gaul dan pengusaha sukses.
Zhang En Long, 27, merupakan Tionghoa Muslim generasi ke dua. Ayahnya, Denny Sanusi, mualaf yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) . “Gue banyak belajar dari papah,” ujar Koh Firdaus.
Dan kini dia juga meneruskan jejak Papahnya berdakwah. “Ini memang bukan pilihan mudah (berdakwah), tapi gue yakin, InsyaAllah dapat berbagi sedikit ilmu yang gue punya kepada muslim Tionghoa khususnya, dan masyarakat secara keseluruhan pada umumnya,” kata Koh Firdaus.
Sengaja tidak memakai atribut pendakwah keagamaan,dandanan ustadz, Koh Firdaus memilih menjadi dirinya sendiri, dengan gaya super santai yang pastinya tetap fashionable.
Resikonya dia kerap dicurigai sebagai non muslim. “Gue di sangka koko koko yg non muslim karna mungkin mata gue yg terlalu sipit, “ucap Koh Firdaus sembari tertawa. Bahkan sempat dicurigai saat masuk masjid untuk beribadah. “Orang tuh kayak mikir ‘Nggak mungkin koko ini bisa Al Fatihah,” katanya muslim kelahiran 1 Januari 1995 ini.
Dia mushala yang ada di mall, saat dia wudlu pun masih sering mendapat tatapan dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tionghoa sipit masuk mushala mau ngapain?
Pernah juga saat shalat Jumat dia jadi bahan tatapan banyak jamaah. Sempat ditanya sesama jemaah, “mau ngapain mas? ya gue blg mau solat lah pak kan udah qomat, “ ujarnya dengan tawa.
Penggemar olahraga badminton, futsal, travelling dan jalan jalan ke pantai ini menyelesaikan pendidikannya dari TK di Alharamain Saudi Academy di Cipinang Cempedak sampai lulus setingkat SMA.
Melalui Youtube, Tik Tok dan media sosial yang familiar di kalangan muda, putra ke 3 dari 4 bersemangat untuk mendakwahkan bahwa Islam itu Rahmatan Lil Alamin. “Islam yang mengajarkan kebaikan, kesejahteraan,kelembutan dan kerukunan, ” ucapnya.
“Sebagai Chinese Muslim saya mau jadi orang yang berguna di tengah masyrakat yang ada, mau menyenangkan orang di sekitar. Karena bikin senang itu pahala, “ katanya. “Mari memupuk pahala dari sekarang untuk bekal di akhirat nanti, “ tegasnya .
Pesannya, jangan menghakimi orang dari penampakannya. “Menjudge by the cover, “ kata Koh Firdaus.
“Kan kita dilahirkan juga gak bisa memilih mau suku apa keturunan apa, warna kulit apa? Gak bisa kan? Itu semua kehendak Allah swt, “ tuturnya
Lebih khusus Zhang En Long alias Firdaus Sanusi ingin menjadi muslim yang sungguh sungguh mencintai Indonesia.
“Lahir di indonesia, berjuang di indonesia, nikah di indonesia, dan di kubur pun nanti di Indonesia!” itulah alasannya. */dms.