FLASH FICTION BUKAN ASAL PENDEK

MENULIS ITU ASYIK (25): FLASH FICTION

Oleh BELINDA GUNAWAN

Aku mengenal flash fiction (FF) 12 tahun lalu ketika aktif menulis di Fanstory, situs penulisan berbasis AS. Dari situ aku paham, bahwa FF adalah cerpen yang pendek, di bawah 500 kata. Bahkan sesekali dilombakan FF 100 kata. Tapi sependek apa pun, ditekankan oleh panitia lomba bahwa FF  adalah fiksi yang lengkap, yang punya plot (jalan cerita),  karakter (tokoh), konflik, setting, tema, dan (surprise) ending.  

Dari dulu hingga kini aku suka menulis FF.  Aku pada dasarnya suka menulis ringkas. Soal plot yang lengkap dan unsur surprise di ending, aku sangat sepakat.  

Sekarang ini, dengan tumbuhnya komunitas-komunitas menulis di FB, lomba-lomba menulis FF banyak diadakan. Bahkan ada yang berani menantang anggotanya untuk menulis dalam 50 kata.

Kelihatannya jumlah kata itu menjadi tantangan yang menggiurkan bagi ratusan peserta. Yang kulihat, kecenderungan para peserta adalah menulis sedemikian ringkasnya hingga terkesan “maksa”, mengabaikan plot dan kadang juga logika. Boro-boro terhibur, pembaca merasa “tersiksa” karena terpaksa scroll-up-scroll down untuk memuaskan rasa penasarannya.  

Ini saranku:

  • Tulislah ceritamu apa adanya, panjang tidak apa, barulah kemudian edit. Hapus kata-kata yang berlebihan.  Misalnya: “Aku hanya sendirian di ruang itu. Tidak ada siapa pun di situ kecuali aku.” Kalimat kedua jelas bisa  dihapus. 
  • Gunakan visualisasi (imagery) yang kuat, supaya setiap kata ada maknanya.
  • Fokus pada satu waktu saja, tidak usah melebar ke mana-mana.
  • Batasi karakter hanya pada dua orang.
  • Dan akhirnya,  jangan lupa beri kejutan pada pembaca.

Nah, yang kusebut terakhir ini adalah suatu tantangan tersendiri bagi penulis FF. Boleh dikatakan apa yang disebut  twist ending ini, yaitu pengungkapan mendadak di akhir cerita, merupakan “jiwa” dari FF. Namun sayangnya, aku pun sering menemui ending yang anjlog dan terlalu “maksa”.  Misalnya, ternyata semua itu hanya mimpi, atau dalam contoh yang lebih ekstrim, salah satu tokoh tahu-tahu mati.  

Twist ending yang sukses sudah dari awal dipikirkan penulis, tidak diputuskan mendadak karena sudah hampir sampai jumlah kata. Penulis merangkai kata-katanya sedemikian rupa hingga pembaca tidak menyangka akan demikian akhir ceritanya. Penulis seolah-olah  membuat pembaca tepok jidat dan membatin, “Wah,  aku kecolongan.”

Ini salah satu FF-ku yang versi bahasa Inggrisnya mendapat penghargaan di Fanstory (97 kata):  

KENCAN

Memasuki resto hotel berbintang itu, Satya mengedar pandang. Berdesir darahnya menatap punggung itu, cerah di atas gaun merah. Merah adalah sandi kencan mereka. Ia mendekat. Wajah itu terangkat.

“Riani? Aku Satya.”

Satya duduk di hadapan Ria. Cantik, bisik hatinya. Ria menatap Satya. Ganteng, ia membatin.

Dua insan itu memesan salad, steak dan choux paste. Dan tentu, red wine. Sambil bersantap mereka ajuk-mengajuk, tatap-menatap, tersenyum dan tergelak.

Jam-jam berlalu. “Kita check in?” Satya memberanikan diri. Please say yes…

Ria menggeleng. “Lupa, ya? Besok si bungsu sekolah.”

Satya lemas tapi tidak kecewa. Ia meremas tangan Ria. “Happy Anniversary, Mah.” (BG)

Avatar photo

About Belinda Gunawan

Editor & Penulis Dwibahasa. Karya terbaru : buku anak dwibahasa Sahabat Selamanya.