Umbi kimpul, sepintas mirip umbi singkong – Foto Heryus Saputro Samhudi
Oleh: HERYUS SAPUTRO SAMHUDI
SEPERTI Penyair Melayu tradisional, para pedagang di pasar atau di pinggir jalan sering mengucapkan pantun kilat atau karmina, saat barang dagangannya pertama kali terjual atau dibeli seseorang di hari itu
Laris manis tanjung kimpul
dagangannya abis duitnya ngumpul
Begitu pantun kilat atau karmina yang biasa diucap, sembari tangannya memegang uang penglaris yang dikebut-kebutkan ke sekujur dagangan lainnya. Seperti merapal doa, si pedagang berharap bahwa dengan hadirnya pembeli pertama itu, dagangannya akan laris dan habis dibeli orang dan duitnya terkumpul, menguntungkan…
Ada dua kata kunci di kalimat pertama (sampiran) pada karmina di atas, yakni kata “tanjung” dan “kimpul”. Kitab Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebut “tanjung” dalam dua arti, yakni (1) tanah/daratan yang menjorok ke laut, atau (2) pohon/buah sejenis sawo-sawoan yang disebut tanjung. Sedangkan “kimpul” yang jadi topik artikel ini hanya punya satu arti, yakni sejenis pohon berumbi dari keluarga talas-talasan.
Para ahli menyebut kimpul (Xanthosoma sagittifolium) berasal dari Amerika tropis, dan abad 19 masuk ke Asia. Uniknya, masyarakat Sumatera sudah sejak lama mengenal talas kimpul yang juga kerap disebut sebagai talas belitung. Bahkan kata “Belitung” atau “beliton” sudah sejak lama pula menjadi toponimi Pulau Belitung, yang bersama Pulau Bangka (juga sejenis talas) kini menjadi Provinsi Bangka-Belitung.
Spesies tumbuhan berbunga tropis penghasilkan umbi-umbian berpati yang dapat dimakan, ini memang dikenal dengan berbagai sebutan. Di Bolivia disebut walusa, bore di Kolombia, macal atau tiquizque di Kosta Rika, mafafa di Meksiko, quequisque di Nikaragua, orang Panama menyebutnya otoy, dan banyak lagi rasanya nama-nama daerah lainnya di negara lain
Orang Indonesia juga mengenal tanaman ini dengan berbagai sebutan, selain kimpul atau Belitung. Di Jawa juga dikenal sebagai glitung, bisono, busil, buyil, bothe dan linjik; atau dilago atau gogomo di Halmahera. Sedang saudaranya dari genus sama, yaitu X. violaceum, yang daun dan tangkainya berwarna ungu, di kawasan budaya Sunda disebut kimpul hideung atau kimpul wulung kata orang Jawa.
Walau sama keluarga talas, tapi umbi kimpul berbeda dari umumnya umbi talas yang berbentuk tunggal di bagian bawah batang, sedangkan pada bagian bawah batang kimpul tumbuh tonjolan-tonjolan akar yang membesar dan memanjang, sepintas mirip umbi-umbi singkong. Banyak khasiatnya, dan enak dimakan dengan cara direbus, dibuat kripik, tepung untuk beragam kue dan kuliner Nusantara lainnya. Monggo…! ***
20/2/2022 PK 23:21 WIB