Fogging Demam Berdarah Dengue (DB) Hanya Bila Ada Kasus

Seide.id – Di sejumlah wilayah endemik DB, seperti biasa, sekarang sedang berjangkit penyakit musiman DB, yang rutin pada saat musim penghujan. Mengapa berjangkit pada musim hujan?

Oleh karena nyamuk pembawa virus dengue banyak berinduk pada air jernih, seperti air hujan, bukan air kotor comberan.

Selama musim penghujan banyak wadah bekas di lingkungan yang diisi air hujan. Ban bekas, kaleng bekas, ceruk pohon, talang air, selain jambangan bunga, gentong air, dan kolam di rumah. Air tergenang yang jernih dan tidak terusik.

Bukan bak mandi, karena bak mandi airnya selalu terusik saat kita mandi. Waspada nampan air kulkas di kolong kulkas, bisa menjadi tempat perindukan nyamuk tersembunyi saking tidak kelihatan, dan tidak terusik, selain talang air.

Untuk menjadi sakit DB, perlu ada nyamuk kebun belang-belang hitam putih Aedes aegypti dan Aedes albopictus, dan bukan nyamuk rumah Culex, selain perlu ada virus dari orang yang sudah terjangkit. Tanpa ada nyamuk, tanpa ada orang sakit DB, penyakit DB tidak berjangkit.

Belum ada vaksin DB, dan belum pula ada obat buat virus dengue. Satu-satunya cara melawan DB, dengan meniadakan nyamuk pembawa virusnya.

Untuk itu ada Program “Daerah Bebas Nyamuk” lewat gerakan 3 M, yakni menguras, menutup, mengubur semua wadah yang digenangi air jernih, selain tambahan gerakan membubuhi bubuk Abate, obat pembunuh jentik nyamuk (larvasida) pada wadah air yang tidak rutin terpakai, air kolam, jambangan bunga, dan gentong penampung air.

Gerakan 3 M dan pembubuhan abate atau Abatisasi dilakukan menjelang musim hujan, untuk meniadakan tempat perindukan nyamuk berbiak, dengan tujuan populasi nyamuk ditekan. Jentik atau bayi nyamuk inilah yang akan menambah banyak populasi nyamuk, sehingga harus dicegah bertumbuh, karena umur nyamuk sendiri hanya hitungan minggu.

Ihwal fogging atau pengasapan, kebijakan pemerintah, hanya dilakukan pada suatu wilayah terbatas bila sudah ada kasus DB. Sekali lagi, apabila sudah ada kasus DB, yaitu pada wilayah seradius 100 meter dari rumah pasien, DB dilakukan fogging, bukan seluruh rumah.

Tujuannya untuk membasmi nyamuk aedes di sekitar rumah pasien, yang sudah menggigit pasien DB, sehingga tubuhnya sudah membawa virus. Mengapa seradius 100 meter yang perlu difogging? Oleh karena jarak terbang nyamuk paling jauh 100 meteran.

Keliru kalau fogging dilakukan secara rutin padahal belum ada kasus DB, selain penghamburan yang tidak perlu, juga sia-sia, karena umur nyamuk hanya 2 minggu buat apa dibasmi, dan nyamuk aedes yang berkeliaran bila belum adanya kasus DB, sudah barang pasti tidak membawa virus dengue dalam tubuhnya, karena tidak ada pasien DB yang digigitnya. Digigit nyamuk aedes berkali-kali bila tidak ada kasus di sekitar tempat kita digigit, tidak akan terjangkit DB

Upaya lain kita bisa menghindari nyamuk aedes, oleh karena tabiat nyamuk kebun ini menggigit siang hari. Seperti praktik dokter, ada jam kerjanya. Maka selama musim DB, hindarkan berada di luar rumah, anak bermain di kebun, baluri kulit pakai repellent antinyamuk, tidur siang berkelambu, dan setiap ketemu nyamuk belang hitam putih langsung digebuk.

Pengasapan yang tidak perlu, yang rutin dilakukan, selain sisa-sia, justru bisa membuat nyamuk aedes lama-lama menjadi kebal obat foggingnya. Dulu dipakai malathion, belakangan perlu jenis obat fogging baru, karena nyamuk aedes sudah semakin pintar berkelit. Makin repot lagi kita kalau nyamuk kebun makin pintar, dan sudah mulai pakai helm, digetok pun sudah tak mempan lagi.

DB dulu penyakit anak, sekarang bisa pada orang dewasa juga. Waspada kalau selama musim DB, demam lebih dari 7 hari, demam sukar turun, tak mempan obat, mungkin disertai mual, dan nyeri uluhati, tidak selalu keluar bintik merah.

Bila mencurigai demamnya sebagai DB, langsung memeriksa darah di laboratorium. Ada cara lebih cepat bisa mendeteksi kehadiran DB dengan pemeriksaan NS-1, selain hitung thrombosit yang cenderung menurun. Susahnya gejala awal Covid pun nyaris seperti itu sekarang ini.

Penyakit DBD demam berdarah dengure baru terjadi apabila tubuh diserang atau kemasukan virus dengue untuk kedua kali. Serangan virus dengue pertama kali hanya menimbulkan penyakit demam dengue (five days fever), tanpa gejala perdarahan, yang biasanya sembuh sendiri, dan hanya tahu kalau itu cuma demam dengue apabila diperiksa darah IgM dengue positif.

Baru apabila serangan kedua kali oleh virus dengue type yang sama, DB dengue, atau demam berdarah betulan, muncul, dengan disertai gejala perdarahan.

Tidak selalu gejala perdarahan harus muncul di kulit, gusi, bab atau kencing, yang ditakuti apabila perdarahan berlangsung di organ tubuh dalam, ginjal, hati, usus, selain terjadinya DSS (dengue shock syndrome) yang sekarang banyak diberitakan langsung merenggut nyawa. DSS terjadi apabila virus menyerang kelenjar anak ginjal (glandulla suprarenalis).

Ihwal DB dengue, dari hasil pengalaman praktik, dan saya memegang tiga puskesmas tahun 80-an dulu, saya menyusun buku yang sudah beberapa kali cetak ulang, dan edisi terakhir ditambahkan topik virus ZIKA.

Salam sehat,
Dr Handrawan Nadesul

Ikuti : Untuk Sukses Anak Perlu Kesenian, Dongeng, Puisi, Dan Musik Juga