Seide.id- Idealnya, 1-4 kali seminggu. Kelebihan bikin badan loyo. Kekurangan? Hati-hati, bisa mengancam keutuhan rumah tangga.
“Dulu semasa masih pengantin baru, kami bisa lho berintim-intim 2-3 kali sehari! Tapi sekarang, seminggu sekali juga belum tentu!” Begitu penuturan seorang pendengar via telepon saat sesi on air tanya jawab dengan seorang seksolog di salah satu radio swasta.
Sebetulnya tak ada aturan baku. Artinya, berapa kali dalam sehari atau seminggu suami istri mau melakukan hubungan intim, selalu terpulang pada mereka berdua. Mengapa? Karena hubungan intim amat tergantung pada mood atau suasana hati dan keinginan pasangan. Sepanjang suami istri sama-sama berhasrat, sanggup melakukannya, dan sama-sama menikmatinya, why not?
Bersifat Spontan
Terlebih lagi, relasi paling intim antara suami dan istri ini sebaiknya memang bersifat spontan, tanpa pernah diembel-embeli segala macam aturan, semisal dibuatkan jadwal ketat layaknya minum obat. Jika ini yang terjadi, dikhawatirkan hubungan seksual akan dipandang sebagai bentuk pemaksaan atau kewajiban belaka.
Kendati tak ada pola baku, amat dianjurkan agar suami istri membangun relasi intim ini 1-4 kali seminggu. Pertimbangannya? Frekuensi tersebut sesuai dengan ritme tubuh atau kondisi fisiologis pria maupun wanita. Produksi sperma oleh buah zakar boleh dibilang sudah memenuhi kuota penampungan dalam kurun waktu 3 hari. Nah, kalau bisa mengikuti ritme fisiologis ini kan bagus. Apalagi produksi tersebut memang harus dikeluarkan secara teratur sesuai waktu atau batas kuota alamiah tadi.
Berlipat Ganda
Sedangkan pada wanita, pola 1-4 tersebut justru memperbesar kemungkinan baginya untuk merasakan kenikmatan seksual lebih lama. Soalnya, kondisi fisiologis wanita memungkinkan kaum Hawa merasakan kenikmatan hubungan seksual selama seminggu. Dengan begitu, bukankah kenikmatan yang dirasakannya akan berlipat ganda karena sebelum habis masanya ia sudah memperoleh kenikmatan baru.
Meski pada dasarnya seberapa sering pun pasangan suami istri berintim-intim, jika dilakukan dalam batas-batas wajar, dijamin tidak akan merusak senjata pamungkas kedua belah pihak. Sebabnya, baik alat kelamin pria maupun wanita diciptakan Yang Maha Kuasa sedemikian sempurna untuk mampu beradaptasi dengan kondisi apa pun.
Artinya, penis bisa beradaptasi dengan semua ukuran vagina, begitu juga sebaliknya. Belum lagi cairan pelumas alami yang akan keluar dengan sendirinya guna menghindari perlecetan saat penetrasi. (Puspayanti )