Seide.id- Penyebab lain dari penyakit katup jantung adalah virus streptokokus yang mengakibatkan radang tenggorokan, namun tidak mendapat pengobatan tuntas. Manifestasinya adalah munculnya demam disertai peradangan sendi yang berpindah-pindah. Akibat jangka panjangnya, terjadi kebocoran yang disusul dengan penyempitan.
Waspadai Hipertensi
Itulah mengapa, pengobatan radang atau infeksi apa pun mesti tuntas. Lain halnya kalau penanganannya sudah tuntas namun imunologinya rendah. Mau tidak mau daya tahan tubuh memang harus terus dijaga agar tetap baik dengan menjalani pola hidup yang sehat.
Yang juga mesti diwaspadai adalah tekanan darah tinggi yang secara umum merupakan bagian dari gangguan jantung. Pasalnya, secara fisiologis, tekanan darah akan mengalami penurunan pada kehamilan normal akibat pembuluh darah mengalami pelebaran. Hingga bukan tidak mungkin ibu hamil dengan hipertesi sebelum kehamilan bisa jadi tak terdeteksi gangguannya. Sedangkan tensi 130/90 saja sudah bisa dikategorikan sebagai hipertensi yang dapat menimbulkan komplikasi. Semisal kejang yang bukan tidak mungkin berakhir dengan kematian.
Hal itulah yang kerap mengecoh. Terlebih jika tidak terpantau tekanan darahnya tinggi akibat pemeriksaan yang kurang teliti. Untuk mencermatinya, pehatikan apakah ada gradasi kenaikan tekanan darah, meski kenaikannya relatif kecil. Hipertensi pada kehamilan bisa saja terjadi jika sebelumnya yang bersangkutan sudah punya longstanding hipertensi. Kalau kemudian hamil, maka hipertensinya dikatakan bersifat kronis. Pemeriksaan urine juga penting untuk melihat ada tidaknya kandungan protein tinggi dalam urine yang merupakan salah 1 gejala medis adanya gangguan pada ginjal.
Pengawasan Ketat
Selain itu, ada juga ibu hamil yang tadinya tidak menunjukkan hipertensi, namun setelah usia kehamilan 20 minggu tekanan darahnya cenderung naik. Yang seperti ini disebut hipertensi injuce by pregnancy atau hipertensi yang dipicu oleh kehamilan. Sedangkan “kadar”nya, baik yang dipicu oleh kehamilan maupun yang sudah ada sebelum hamil, bervariasi. Dari ringan sampai berat dan sama-sama berisiko menyebabkan angka kematian maternal tertinggi.
Perlu digarisbawahi, gangguan jantung yang bersifat kronis namun tidak terdeteksi sebelum kehamilan, bisa menimbulkan masalah serius begitu yang bersangkutan hamil. Bentuk gangguannya bisa berupa sesak napas yang biasanya muncul selewat kehamilan berusia 20 minggu sampai 3 bulan setelah melahirkan. Gangguan ini disebut penyakit otot jantung pada kehamilan atau peripartalcardiomyopathy.
Faktor penyebabnya banyak sekali. Ada yang karena infeksi virus, kurang gizi, faktor bawaan, atau autoimunologi buruk. Tentu saja pada ibu hamil perlu pengawasan ketat sekaligus pengobatan cermat agar tidak terjadi gagal jantung yang berat. Dibarengi diet ketat rendah garam dan cukup protein. Dengan mematuhinya, si ibu diharapkan bisa melahirkan normal.
Kontraindikasi kehamilan
Tentu saja tidak berarti penanganan gangguan jantung akibat kehamilan, lantas selesai hanya karena si ibu sudah melahirkan. Karena harus dipikiran pula bagaimana rencana kehamilan anak selanjutnya. Untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan tentu kehamilannya mesti ditangani secara terpadu. Termasuk pemantauam dengan seksama melalui echocardiography. Dari pemeriksaan ini akan “terbaca” pola gerakan jantung dan katupnya. Begitu juga ukuran hingga tebalnya dinding, serta ada-tidaknya cairan di jantung.
Pada kasus-kasus peripartalcardiomyopathy, sekitar 60-70% jantungnya akan mengecil seperti semula dan fungsinya pun membaik. Sedangkan 30-40% sisanya akan menetap atau malah memburuk yang justru merupakan kontraindikasi kehamilan mengingat angka mortalitasnya tinggi sekali. Sedangkan berapa lama pemantauan dengan echocardiography, amat tergantung kebutuhan. Biasanya minimal 2 kali setahun.
Puspayanti
