Itu lagu lama.
Lagunya orang cari kerjaan.
Lho?!
Jangat kaget.
Gugat itu milik orang yang bersumbu pendek.
Mudah konslet.
Teramat, amat sensitif.
Hidup hanya kedepankan ego.
Sebentar sebentar gugat.
Anehnya, gugatannya serius.
Tidak mau sebentaran.
Berlarut-larut.
Dari gugatan yang satu ke gugatan yang lain.
Apapun masalahnya, menggugat itu karena kita tak berani terima kenyataan.
Berasa dilecehkan, dihina, didholimi, & sederet alasan yang dimasuk-masukkan di akalnya sendiri agar nyambung.
Orang yang kedepankan ego itu sulit diladeni.
Cenderung mentuhankan dirinya sendiri.
Tak bisa tersakiti.
Nurutin keinginan sendiri
Apa yang diminta mesti terjadi.
Bahkan Allah pun digugat, ketika tak sependapat.
Kita tak sadar, yang menajiskan hati itu
yang ke luar dari mulut kita sendiri.
Komplain.
Gugat menggugat itu seharusnya tak perlu terjadi, ketika kita mau mendahulukan untuk bertanya pada diri sendiri.
Mawas diri.
“Ketika kita mampu melihat kesalahan orang lain, ternyata kita lebih banyak salahnya.”
Belajar berani instrospeksi itu langkah maju untuk menjadi rendah hati.
Tak mudah untuk salahkan orang.
Apalagi menghakimi.
Kita tidak mudah reaktif.
Konslet.
Yang terucap dari bibir itu tertata.
Hati-hati.
Hati yang mengontrol untuk kendalikan diri.
Belajar sabar.
Belajar memahami orang lain.
Belajar murah hati.
Dengan utamakan & dahulukan kepentingan orang lain, kita belajar rendah hati.
Ketimbang gugat orang lain, lebih bijak jika kita menggugat kehendak sendiri.
Pribadi rendah hati itu hidupnya diberkati.