Gulali, Seni Kuliner Jalanan yang Manis Disuka Anak

Dari masa ke masa Tukang Gulali hadir mengisi minat beli anak Indonesia. Di pinggir pasar becek ataupun supermal berudara sejuk, ada saja Tukang Gulali.

Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI

Seide.id 26/07/2022 – Sebagai produk yang bisa diicip-icip, dijilat  diisap dan diemut habis, jelas ini masuk katagori kuliner atau makanan. Tapi bagi anak-anak  segment usia yang paling banyak menyukainya, bahkan mereka kerap merengek pada ibu atau ayah atau nenek dan kakek… tiap kali mememukan penjualnya, produk ini bisa disebut sebagai seni rupa membentuk sesuatu sebelum disantap .

Itulah gulali, permen tradisional dari bahan gula pasir yang diimbuhi pewarna makanan, dicairkan dengan cara memanggangnya di penggorengan. Dalam keadaan panas   kental dan leleh  bahan adonan dicuwil sendok oleh si abang penjual (sekaligus bertindak sebagai seniman) untuk kemudian dipulung-pulung, diplintir, dipilin  dibentuk menjadi sesuatu sebagaimana dipesan seorang anak.

“Saya minta dibikinkan kupu-kupu, Bang…!”

“Aku.pesan dua, ayam-ayaman dan Kembang Mawar…!”

“Aku pesan pluit burung gereja yang bisa ditiup dan menguing suaranya…!”

“Aku jiha, Bang…!”

“Saya juga…”

Abang pembuat gulali dan karyanya

Suasana siang di luar pagar Sekolah Rakyat (koji SD) di paruh awal dekade 1960-an itu kembali terbayang, sesaat sebelum melangkah pulang ke rumah  saat-saat kami suka menyerbu tukang gulali (juga dikenal sebagai Permen Beko), memesan ragam bentuk mainan dari adonan gula cair (karena selalu dipanaskan di penggorengan). Harus segera dibentuk sebelum jadi mainan  sebelum kembali mengeras.

Kenapa harus membeli selepas jam sekolah? Kenapa tak saat di jeda waktu istirahat? Karena memainkan sebentuk gulali sebelum mamakannya  itu mengasyikkan. Apalagi yang berbentuk peluit burung gereja. Bisa lupa jam istirahat sudah usai  saking asyiknya bermain. Sementara gulali tak boleh dibawa ke ruang kelas, dengan tangan serta mulut harus dicusi usai menikmatinya. Jadi lebih enak membelinya seusai jam sekolah  ‘kan?

Fenomena tukang gulali dirubung anak tak cuma ada di luar pagar sekolah-sekolah dasar. Di pasar atau sudut-sudut keramaian,  Pasar Malam, saat ada hajat manten atau sunatan, banyak tukang gulali mainan apa saja yang bisa dibuat? Tergantung kebolehan Si Abang, dan anak hanya memesan apa yang bisa dibentuk Si Abang.

Jajanan gulali yang disukai anak anak.

Yang menarik, betapa pun dunia sudah melaju pesat dan jenis kuliner bernama permen sudah dibuat beragam rasa dan bentuk, namun tradisi  berdagan gulali tidak pupus oleh kemajuan zaman.

Seperti kita di masa lalu,  anak sekarang tetap suka dan takjub tiap letemu tukang gulali. Buntutnya, si anak merengek minta dibelikan gulali yang akan pesannya.

Dari masa ke masa tukang gulali hadir mengisi minat beli anak Indonesia. Di pinggir pasar becek ataupun supermal berudara sejuk, ada saja Tukang Gulali. Juga di Jakarta Fair atau Pekan Raya Jakarta sejak masih di Lapangan Monas, bahkan semasa zaman Pasar Gambir selalu ada Tukang Gulali, sebagaimana juga di Perkampungan Budaya Betawi di Srengseng Sawah Jakarta Selatan.

Foto di ruang ini saya jepret di pelataran depan Pasar Beringhardjo Yogyakarta, serta di tengah keramaian Nyangku Panjalu – upacara jamas (memandikan) pusaka peninggalan Kerajaan Panjalu di Ciamis Jawa Barat yang digelar tiap awal bulan Muharam. Sesuai tema acara cuci pusaka, senirupa gulali paling diminata anak adalah yang berbentuk keris pusaka. Tradisi kuloner yang jangan sampai hilang.***

26/7/2023 PK 15:09 WIB.

Avatar photo

About Heryus Saputro

Penjelajah Indonesia, jurnalis anggota PWI Jakarta, penyair dan penulis buku dan masalah-masalah sosial budaya, pariwisata dan lingkungan hidup Wartawan Femina 1985 - 2010. Menerima 16 peeghargaan menulis, termasuk 4 hadiah jurnalistik PWI Jaya - ADINEGORO. Sudah menilis sendiri 9 buah buku.