H. Harmoko Telah Tiada

H. Harmoko saat masih sehat dan diwawancarai oleh Kick Andy di Metro TV

Seide.id. –  Menteri Penerangan di era Presiden Soeharto, H. Harmoko, meninggal dunia. Harmoko dinyatakan meninggal dunia pada Minggu (4/7), tepatnya pukul 20.22 WIB di usia 82 tahun.

Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Letnan Jenderal TNI Albertus Budi Sulistya, menyatakan penanganan jenazah eks Menteri Penerangan era Orde Baru, Harmoko, menggunakan protokol Covid-19. 

Budi menerangkan bahwa Harmoko dinyatakan wafat beberapa saat setelah tiba di IGD RSPAD Gatot Subroto.  Letjen Budi menolak menjelaskan ihwal sakit yang diderita Harmoko.

Kesehatan tokoh wartawan dan Menpen di era Orde Baru diketahui sempat memburuk dua tahun silam.  Karikaturis, jurnalis dan pejabat kelahiran Nganjuk pada 7 Februari 1939 itu sempat menjalani perawatan di RS Medistra karena infeksi paru pada 2018.  Sejak saat itu, kesehatannya sudah mulai menurun, ia sulit berkomunikasi verbal dan harus menggunakan kursi roda.

H. Harmoko terakhir menduduki jabatan Ketua DPR/MPR RI di pengujung rezim Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun. Dia terpilih tiga periode berturut-turut dari tahun 1983 hingga tahun 1997.

Dia mencatat rekor sebagai Menteri Penerangan Orde Baru selama 14 tahun. Harmoko juga pernah menduduki kursi Ketua Umum Golkar selama 5 tahun, sejak1993.

Menteri penerangan selama 14 tahun di era Orde Baru

Namun saat jadi Ketua MPR/DPR pula, di puncak krisis moneter, H. Harmoko yang meminta Soeharto mundur sebagai presiden di pada 18 Mei 1998. Harmoko mengeluarkan keterangan pers dan meminta supaya Presiden Soeharto mundur.

Setelah Suharto kembali terpilih, ternyata gejolak akibat krisis moneter semakin menjadi hingga terjadi kerusuhan Mei 1998.

“Demi persatuan dan kesatuan Bangsa pimpinan DPR baik Ketua maupun Wakil Ketua, mengharapkan presiden Soeharto mengundurkan diri secara arif dan bijaksana, ” ucap H.  Harmoko.

Hal tersebut yang membuat ketegangan antara keluarga Cendana Soeharto dan Harmoko.

Mereka pun tidak pernah bertatap muka lagi hingga tahun 2008, Harmoko menjenguk Soeharto di RSPP dan menjadi pertemuan yang terakhir sebelum Soeharto meninggal.

Merayakan hari ulang tahun bersama keluarga. (Foto instagram / Azisoko Harmoko)

Karikaturis dan Jurnalis.

Harmoko bin Atmoprawiro meniti karir sebagai karikaturis dan jurnalis hingga menjadi politikus terkenal bangsa Indonesia.

Pada awalnya,  setelah lulus dari sekolah menengah Harmoko merupakan seorang wartawan dan kartunis di Harian Merdeka.
Kemudian pada tahun 1964  pernah menjadi wartawan di Harian Angkatan Bersenjata.
Satu tahun berselang, kariernya semakin menanjak. Selain menjadi wartawan di Harian API, Harmoko juga dipercayakan sebagai Pemimpin Redaksi surat kabar berbahasa Jawa, Merdiko.

Lalu, pada tahun 1966 hingga 1968, jurnalis yang piawai mendlang ini pun menjadi penanggung jawab Harian Mimbar Kita.
Dan tepat pada16 April 1970 bersama rekan-rekannya, Harmoko mendirikan Harian Pos Kota.

Dalam masa kepemimpinannya, oplah koran Pos Kota meningkat hingga mencapai 200.000 eksemplar pada tahun 1983. Di organisasi kewartawanan dia pernah menjadi Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat.

Saat menduduki jabatan itulah Presiden Soeharto memilihnya sebagai Menteri Penerangan RI selama 14 tahun sejak 1983.
Selama menjabat sebagai Menteri, dapat dikatakan Harmoko menjadi salah satu orang kepercayaan ke-2 Presiden Soeharto. Harmoko dianggap mampu menerjemahkan gagasan-gagasan Soeharto kala itu. Dia dikenal dengan ungkapan khasnya, “menurut petunjuk Bapak Presiden”

Harmoko mengggas terbentuknya  Kelompencapir (Kelompok Pendengar, Pembaca, dan Pemirsa) yang berfungsi untuk menyampaikan informasi dari pemerintah ke publik.

Setelah tumbangnya Orde Baru (Orba) dan lahirnya Era Reformasi nama Harmoko tak muncul lagi dalam aktivitas politik.  Tak lama muncul, Harmoko mulai aktif kembali dengan dunia lamanya yakni tulis menulis.
Harmoko sesekali menulis di kolom Kopi Pagi di Pos Kota.

Pada tahun 2016, H. Harmoko mengalami penurunan kesehatan karena kerusakan saraf motorik otak belakang.
Harmoko berjuang untuk memulihkan kesehatannya yang memasuki usianya ke-77 tahun. Dia meninggal di usia 82 tahun.

Jejak perjalanan Harmoko:
– Wartawan dan Kartunis Harian Merdeka (1960) -Wartawan Harian Angkatan Bersenjata (1964) -Wartawan Harian API (1965) -Pemred Harian Merdiko (1965) -Pemimpin dan Penanggung Jawab Harian Mimbar Kita (1966-1968) -Pendiri Harian Pos Kota (1970) – Ketua PWI Pusat (1979 – 1983) -Menteri Penerangan Indonesia (1983-1997) -Ketua Umum Golkar (1993-1998) -Ketua DPR RI (1997-1999) -Ketua MPR RI (1997-1999).  dms

Avatar photo

About Supriyanto Martosuwito

Menjadi jurnalis di media perkotaan, sejak 1984, reporter hingga 1992, Redpel majalah/tabloid Film hingga 2002, Pemred majalah wanita Prodo, Pemred portal IndonesiaSelebriti.com. Sejak 2004, kembali ke Pos Kota grup, hingga 2020. Kini mengelola Seide.id.