HANDRAWAN NADESUL
Medical Doctor, Health Motivator, Health Book Writer and a Poet
Tidak ada ketentuan habis divaksin Covid-19 harus bagaimana. Tapi tentu tetap boleh makan tape singkong, atau tape ketan, kalau doyan. Boleh juga tetap makan duren asal tidak sama kulitnya. Tetap boleh juga melakukan semua aktivitas rutin sebagaimana biasa, asal jangan jumawa, jangan rumongso: Mentang-mentang sudah divaksin, seenaknya tertawa terbahak-bahak di depan orang tanpa masker, atau duduk lahap makan di depan orang yang tidak dikenal, atau koprol di tengah jalan. Artinya, tetap wajib mematuhi protokol kesehatan karena kondisi tubuh yang baru saja divaksin tidak berbeda dengan yang belum divaksin. Bukan juga sampai harus dipingit menjelang vaksinasi kedua yang katanya antibodi tubuh berada pada level terendah.
Perlu waktu sebulanan setelah vaksinasi kedua untuk boleh menjadi sombong. Itupun dengan catatan, tidak membuat fisik stres. Artinya kalau kerja tidak mati-matian. Kalau olahraga tidak sampai jungkir balik di meja dapur. Prinsipnya, fisik tidak boleh sampai terbeban berat, atau sampai stres fisik.
Hal lain, sehabis divaksin, kualitas menu harian wajib bermutu tinggi. Perlu 4-5 macam menu di meja makan. Tubuh butuh telur, ikan, daging, selain bebuahan dan sayur-mayur cukup. Jangan lupa ekstra vitamin C, vitamin D, zinc, dan yogurt (probiotic). Semua suplemen ini dibutuhkan untuk keberlangsungan respons imun setelah tubuh sengaja dimasuki bibit virus.
Tubuh melakukan respons imun setiap kali dimasuki bibit penyakit, termasuk bila dimasuki vaksin. Hasil respons imun membuahkan antibodi. Orang sembuh Covid, antibodinya terbentuk alami. Orang divaksin, antibodinya hasil buatan.
Yang memproduksi antibodi Covid dalam tubuh yang sudah divaksin itu perangkat sel darah putih (leucocyt). Ada beberapa jenis sel darah putih dalam darah normal yang mengerjakan respons imun tubuh. Adapun pemeran utama sel darah putih yang memproduksi antibodi, yakni jenis sel darah putih neutrophyl, natural killer cell (NK), natural killer T cell (NKT), macrophag, selain sel B (B cell) dan sel T (T cell).
Peran menu harian berkualitas ditambah vitamin dan mineral yang membantu bagus tidaknya respons imun tubuh berlangsung. Itu maka produksi antibodi berbeda pada setiap orang yang sudah divaksin, tergantung kondisi masing-masing orang. Baik kondisi perangkat sel darah putihnya, maupun seberapa bagus menu harian, serta seberapa kecukupan ekstra vitamin serta mineralnya.
Namun seiring bertambahnya umur, respons imun tubuh sudah semakin melamban, selain belum tentu perangkat pendukung sistem imun sendiri mungkin sudah tidak sebugar mereka yang masih muda usia. Itu alasan kenapa pada kelompok lansia, vaksinasi kedua diulangi selang 28 hari, bukan 14 hari.
Secara statistik, sehabis vaksinasi pertama, pembentukan antibodi belum penuh, maka perlu diulang untuk mengungkit produksi antibodi mencapai penuh. Seberapa penuh antibodi terbentuk, sudah diungkap, tidak sama pada setiap orang.
Itu maka, jangankan sehabis vaksinasi pertama, bahkan sehabis vaksinasi kedua pun antibodi belum tentu selalu pasti penuh. Namun sekurang-kurangnya tubuh sudah punya antibodi terhadap Covid-19. Artinya kalau sampai dihinggapi virus Covid pun, belum tentu harus sakit, atau kalau sampai sakit pun, sakitnya tergolong ringan.
Sama halnya sebagaimana orang belum divaksinasi, orang yang sudah divaksinasi bukannya tidak mungkin dihinggapi virus Covid. Tetap sama masih mungkin dihinggapi virusnya. Sama-sama bisa menularkan Covid. Namun bedanya mereka yang sudah divaksinasi, tubuhnya sudah punya pasukan penyerang melawan bibit penyakit yang masuk tubuh, sehingga mungkin batal sakit, atau sakitnya cuma ringan saja. Itu alasan seberapa bisa sepatutnya kita tetap tidak merasa diri gagah perkasa karena sudah divaksinasi. Harus tetap rendah hati terhadap virus Covid. Tetap menaruh hormat, sungkem terhadap anjuran 5-M.
WHO dan CDC (pusat pencegahan penyakit AS) tidak menilai perlu untuk mengukur antibodi sehabis divaksinasi karena alasan bisa saja menyesatkan. Bila hasilnya antibodinya rendah namun bisa saja tidak terinfeksi, sebaliknya yang antibodi tinggi, bisa saja jatuh sakit Covid, karena yang diukur bukan total seluruh antibodi yang terbentuk sehabis vaksinasi.
Kita mengenal “mixed bag” dalam hal antibodi sehabis vaksinasi. Ada antibodi selaput lendir (mucosa antibody), yang berada di sepanjang selaput lendir saluran napas mulai dari hidung tenggorokan sampai pembuluh paru. Di selaput lendir ini berada pasukan gugus terdepan pertahanan tubuh untuk langsung menyergap setiap ada bibit penyakit apapun yang memasuki tubuh. Apabila pertahanan selaput lendir kalah perang, ada barisan pertahanan lapis kedua, yakni kelenjar limfe (lymph node) selain antibodi yang berada di dalam darah, yaitu sel darah putih.
Pasukan pertahanan di dalam darah ada dalam bentuk cairan darah yaitu serum antibodi, ada juga dalam bentuk sel darah putih yaitu sel B dan sel T atau cellular antibody. Nah, pengukuran antibodi sejatinya harus mengukur serum antibodi selain antibodi selular sebagai satu kesatuan “mixed bag”.
Untuk serum antibodi selain dinilai kualitatif seperti dalam pemeriksaan tes antibodi kita memperoleh hasil IgM dan IgG terhadap Covid-19. Sedang untuk mengukur antibodi kuantitatif dengan sistem immunoassays bisa diukur berapa jumlah serum antibodi. Dan antibodi bentuk sel atau selular diukur dengan menghitung cluster of differentiation: CD4, CD8, CD16, dan CD56. Dengan cara mengukur kesemuanya itulah baru lengkap kita menilai total antibodi. Serum antibodi dan antibodi selular bekerja bersama-sama untuk menumpas bibit penyakit. Juga dalam hal virus Covid.
Dalam hal seberapa keampuhan vaksin Covid-19 memproduksi antibodi, dan berapa lama antibodi bertahan dalam tubuh, dunia medis masih belum punya cukup pengalaman. Ini hal baru buat medis. Belum sepenuhnya jelas, seberapa kuat vaksin Covid mengungkit produksi antibodi. Masih perlu waktu, karena dari uji vaksin tahap 3 pun sample-nya masih sangat terbatas. Maka kita perlu menunggu sampai vaksinasi sudah meliput lebih banyak melihat hasil yang sudah divaksinasi di dunia.
Jadi yang kita bisa lakukan hanya berupaya sekuat tenaga seperti yang sudah diungkap di atas, sebaik-baik yang bisa kita upayakan agar proses respons imun menjadi optimal untuk tubuh kita.
Sekali lagi sehabis divaksin jangan sombong, ojo dumeh, ojo rumongso. Silakan saja andai mau bernyanyi bersama kekasih, mana tahu virusnya jadi bingung: Kok bisa-bisanya dalam gelap berdua di kamar ada yang nyanyi Potong Bebek Angsa, sambil tepuk tangan…
Salam sehat,
Dr HANDRAWAN NADESUL