Suatu hari adik gue mau daftar masuk kepolisian. Eh bapak gue melarang. “Kalau kamu gak yakin bisa jadi orang jujur, lebih baik jangan.” Katanya. Duh sori ya buat semua anggota polisi.
Eh bokap nyambung lagi. “Selain polisi masih ada satu lagi. Kalau gak yakin bisa jadi orang adil, jangan juga jadi hakim.”
Untuk yang satu ini bapak gue rada off side. Masalahnya, dalam situasi ekonomi keluarga yang kurang beruntung, boro-boro kepikiran jadi hakim. Bisa kuliah aja belum tentu.
Tapi ini mungkin pengaruh bacaan. Khususnya bacaan agama. Bokap bilang, hakim adalah jabatan mulia sekaligus penuh risiko.
Mulia karena ia bertujuan menciptakan ketentraman dan keadilan di masyarakat.
Penuh risiko, karena sudah di dunia ia akan berhadapan dengan mereka yang tak puas dengan keputusannya, di akhirat ia diancam pula dengan neraka jika tidak menetapkan keputusan sesuai dengan yang seharusnya.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud, At Thawawi, agama telah mengingatkan bahwa dua dari tiga hakim masuk neraka. Gak ngerti gue gimana cara mensurveinya.
Namun sepanjang perjalanan umat manusia, hakim konon katanya yang paling gak takut masuk neraka. Apalagi sampai ada yang menjuluki hakim itu wakil Tuhan. Makin belagu aja tuh hakim.
Ketika Superboy yang diimpikan banyak orang bakal dihukum mokat tahu-tahu cuma diganjar telung tahun, kayak lagunya Mus Mujiono, ya mau bilang apa.
Jadi biasa ajalah setiap menerima putusan pasti ada yang tertawa dan ada yang kecewa.
Ramadhan Syukur